Perebutan Tahta Arab Saudi Kian Panas saat Raja Salman Sakit dan Donald Trump Terancam Tak Terpilih

- 22 Juli 2020, 14:44 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman bersama Muhammad bin Nayef.
Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman bersama Muhammad bin Nayef. /

GALAMEDIA - Raja Arab Saudi ketujuh, Salman bin Abdulaziz al-Saud saat ini dikabarkan tengah menderita sakit. Ia bahkan dirawat di RS King Faisal Riyadh.

Kondisi itu mengundang sejumlah spekulasi tentang apakah kondisi beliau bakal semakin memburuk atau sebaliknya. Bahkan ada dugaan ia terkena virus corona meski sejumlah pihak telah menyanggahnya.

Wabah corona sendiri telah menginfeksi banyak orang di negara penghasil minyak utama dunia itu. Menurut Worldometers, per Rabu (22/7/2020) ini sudah ada 255 ribu orang yang terinfeksi Covid-19 di Arab Saudi.

Di mana 2.557 orang di antaranya telah meninggal dunia dan 207.259 orang sembuh. Sebelumnya ada dua pangeran Saudi yang meninggal dunia baru-baru ini, isu corona juga menyeruak.

Baca Juga: Donald Trump-Putra Mahkota Abu Dhabi Ingin Usir Pasukan Asing di Libya, Turki Ajak Malta Gabung

Di tengah kabar itu, politik perebutan tahta penerus kerajaan Saudi juga kini tengah panas-panasnya. Tentunya terkait permasalahan antara putra mahkota saat ini Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dan putra mahkota sebelumnya Pangeran Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud.

Seperti diketahui Pangeran Muhammad bin Nayef digulingkan dari kursinya tahun 2017. Saat itu kudeta terjadi dan posisinya digantikan MBS.

Bersamaan dengan hari diumumkannya dirawatnya Raja Salman di RS, Twitter di Arab Saudi memanas. Tuduhan korupsi kepada Muhammad bin Nayef kembali menyeruak.

Baca Juga: Ngaku Pukul Johnny Deep, Bintang The Playboy Club Ungkap Tudingan Perselingkuhan Dengan Elon Musk

"Mohammed Bin Nayef memungkinkan jaringan korupsi yang dijalankan oleh al-Jabri untuk beroperasi," tulis salah satu cuitan yang menjadi trending itu.

Al Jabri sendiri adalah ajudan Muhammad bin Nayef yang seorang pejabat intelijen.

Sumber Reuters mengatakan munculnya kasus ini bukan tanpa alasan. Seorang diplomat yang tak disebutkan namanya mengatakan ini upaya untuk semakin melengserkan Muhammad bin Nayef dalam deretan penerus tahta.

Serangan di klaim dibuat pendukung pemerintah. Tujuannya menggoyang opini publik.

"Tweet membuka jalan bagi pemerintah Saudi untuk menuduh Muhammad bin Nayef terlibat dugaan korupsi Jabri," tulis Reuters mengutip sumber itu.

Baca Juga: Presiden Jokowi Umumkan Soal Vaksin Corona Coronavac, Sebut Bakal Diproduksi 100-250 Juta Dosis

Sumber itu menyebutkan, ini adalah kampanye tersusun yang mendiskreditkan Muhammad bin Nayef. Sebab, Putra Mahkota MBS sedang berusaha menyingkirkan saingan-saingannya dalam menggantikan posisi Raja Salman.

"Mereka telah menyiapkan dokumen melawannya sejak Maret," kata salah satu sumber Reuters, menambahkan bahwa mereka yang berada di balik kampanye Twitter ingin "mencoreng citranya di dalam negeri".

Sebelum dipecat, Muhammad bin Nayef dipandang paling mumpuni menggantikan raja. Ia sempat mengendalikan pasukan keamanan negara dan mengembangkan hubungan dekat dengan agen-agen intelijen barat.

Ia pun dikenal populer di kalangan konservatif. Meski begitu, Maret 2020 lalu, ia sudah di tahan bersama dua bangsawan senior lain di lokasi yang dirahasiakan.

Baca Juga: Pelaku Diduga Nongkrong di Warung Kopi, Polisi Ngaku Seorang Saksi Ungkap Pembunuh Yodi Prabowo

Sementara itu, Jabri melalui keluarganya yang diasingkan di Kanada membantah semua tuduhan.

"Kampanye Twitter ini adalah penyimpangan dri kisah aktual, penyanderaan saudara dan saudari saya. Penganiayaan yang tidak sah dan tuduhan palsu," ujar putra Jabri, Khalid dalam wawancaranya dengan media Inggris tersebut.

Sebelumnya dalam laporan Wall Street Journal, Saudi mengatakan Jabri memimpin memimpin jaringan pejabat dan menyalahgunakan 11 miliar dolar AS (sekitar Rp 160,9 triliun) dana kementerian dalam negeri selama Muhammad bin Nayef menjabat.

Seorang sumber mengatakan Twitter memang jadi alat pengalihan opini penting yang kerap dipakai pembantu MBS. Salah satunya Saud al Qahtani, mantan pengelola media kerajaan yang bertugas melindungi citra dan menyerang musuh-musuh secara online.

Baca Juga: Ingin Sebarkan Corona ke Warga Palestina, Israel Hancurkan Gedung Tes Covid-19 dan Pusat Karantina

Namun Qahtani dipecat karena terlibat pembunuhan seorang jurnalis kontra pemerintah Jamal Khashoggi pada 2018. Tapi, beberapa sumber mengatakan ia masih berada di lingkatan dalam pangeran.

Sementara itu, sumber Reuters di Saudi mengatakan para pembantu MBS "mempercepat kampanye" melawan Muhammad bin Nayef menjelang pemilihan Presiden AS yang berlangsung November. Pasalnya kekalahan Presiden Donald Trump dalam sejumlah poling baru-baru ini membahayakan posisi putra mahkota.

Trump secara terbuka menyuarakan dukungan untuk MBS. Namun karena Covid-19, sejumlah polling menunjukkan saingannya Joe Bidden mendapat suara lebih banyak.

Padahal, calon nominasi Partai Demokrat ini mengaku akan mengambil sikap lebih keras terhadap MBS. Bahkan berjanji untuk membuatnya "membayar harga" untuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan mengakhiri penjualan senjata ke Arab Saudi.

Baca Juga: Heboh, Calon Presiden Amerika Serikat Kutip Hadist Nabi Saat Pidato

Terkait kesehatan Raja Salman dikabarkan kini dalam kondisi stabil. Raja berusia 84 tahun ini mengalami peradangan kandung empedu. Tiga sumber Saudi menjelaskan pada Reuters bahwa, "Raja Salman baik-baik saja."

Pejabat Saudi menyatakan dia telah bicara dengan salah satu putra Raja Salman pada Senin (21/7/2020) yang terlihat "tenang" dan tak ada perasaan panik tentang kondisi kesehatan sang raja.

"Raja Salman juga telah menerima telepon dari para pemimpin Kuwait, Bahrain dan Yordania pada Senin (21/7)," ungkap laporan media nasional.

Raja Salman terakhir bicara ke publik pada 19 Maret selama lima menit saat pidato di televisi tentang pandemi virus corona. Media juga merilis gambar dan video raja memimpin rapat kabinet pekan secara online. Media juga merilis foto putra mahkota menghadiri sejumlah rapat secara online.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x