Armada China Berulah di Wilayah Asia Tenggara, Kapal Perang Australia Bergabung dengan AS dan Jepang

- 22 Juli 2020, 15:55 WIB
Kapal perang Australia. (ABC News)
Kapal perang Australia. (ABC News) /

GALAMEDIA - Kian memanasnya hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, unjuk kekuatan kekuatan China kian menjadi-jadi. Kondusivitas di wilayah Asia Tenggara menjadi terganggu.

Deretan insiden yang didalangi Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di Laut China Selatan sebagai bukti ancaman Negeri Tirai Bambu di kawasan tersebut. Militer China kerap mencari gara-gara dengan sejumlah aksi merugikan negara-negara Asia Tenggara.

Dalam laporan Nikkei Asia Review, Rabu (22/7/2020) kapal perang China sempat menabrak dan menenggelamkan kapal ikan berbendera Vietnam.

Baca Juga: Awas Tsunami, Gempa Bumi 7,8 Magnitudo Guncang Alaska

Kemudian, kapal perang China juga sempat menebar ancaman kepada kapal Angkatan Laut Filipina yang sedang patroli. Kapal perang China mengancam akan menghancurkan kapal Angkatan Laut Filipina jika memasuki wilayah Laut China Selatan yang diklaim sebagai wilayah kedaulatannya.

Tak hanya Vietnam dan Malaysia, China pun sempat membuat gara-gara dengan Indonesia. Pada Januari 2020, sebuah kapal milik Penjaga Pantai (Coast Guard) China secara ilegal menerobos wilayah perairan Indonesia.

Kapal dengan dengan nomor lambung 5403 itu masuk ke wilayah perairan Kepulauan Natuna, dan mengancam ke Kapal Perang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), KRI Tjiptadi-381, yang tengah berpatroli di wilayah tersebut.

Baca Juga: Mahasiswa Indonesia Ikut Kembangkan Vaksin Virus Corona di Universitas Oxford

Pada akhirnya, kapal Coast Guard China itu berhasil diusir oleh KRI Tjiptadi dengan bantuan empat unit jet tempur F-16 Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara (TNI AU).

Sinyal bahaya bagi Indonesia tak hanya berbunyi dalam insiden itu. Dalam laporan yang dikutip dari The Diplomat, China punya niat untuk membangun Zona Identifikasi Pertahanan Udara di dekat perairan Kepualauan Natuna. Sebab sebelumnya, China sudah berhasil membangun Zona Identifikasi Pertahanan Udara di Laut China Timur.

Laporan lain dari Modern Diplomacy juga menyebut, Indonesia harus mengambil langkah cepat dan strategis untuk merespons ancaman ekspansi militer China.

Baca Juga: Perebutan Tahta Arab Saudi Kian Panas saat Raja Salman Sakit dan Donald Trump Terancam Tak Terpilih

Selain membangun infrastruktur Selain itu, Indonesia lewat Kementerian Pertahanan juga harus membangun sejumlah infrastruktur dasar dan fasilitas untuk pemeliharaan kapal-kapal perang. Hal ini harus dilakukan untuk mendukung efektivitas peran Komando Armada (Koarmada) III, yang baru diresmikan pada 2018 lalu.

Soalnya ada anggapan bahwa kekuatan armada tempur, TNI AL juga diharuskan untuk memaksimalkan dan memperluas fungsi intelijen. Dari yang tadinya hanya berfungsi sebagai intelijen laut, menjadi intelijen maritim.

Sementara itu lima kapal perang Australia mengadakan latihan militer bersama dengan armada Angkatan Laut AS dan Jepang di perairan lepas Filipina, laut Cina Selatan.

Baca Juga: Donald Trump-Putra Mahkota Abu Dhabi Ingin Usir Pasukan Asing di Libya, Turki Ajak Malta Gabung

Latihan bersama ini dilakukan ketika China meluncurkan kembali serangkaian manuver provokatif yang membuat situasi di Laut China Selatan tegang kembali.

Armada Australia yang dipimpin oleh kapal HMAS Canberra telah bergabung dengan armada serangan AS yang terdiri dari kapal induk USS Ronald Reagan dan kapal perusak Jepang untuk melakukan latihan trilateral menjelang simulasi perang bersama skala besar di Hawaii.

Komando Armada Australia Michael Harris mengatakan latihan itu adalah kesempatan untuk bekerja dengan AS dan Jepang.

“Menjaga keamanan dan keselamatan di laut membutuhkan angkatan laut yang dapat bekerja bersama dengan lancar. Latihan angkatan laut bersama kami menunjukkan tingkat interoperabilitas dan kemampuan yang tinggi antara Australia, Jepang dan AS,”  kata Harris melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Australia dikutip berita ABC pada Rabu (22/7/2020).

Baca Juga: Ngaku Pukul Johnny Deep, Bintang The Playboy Club Ungkap Tudingan Perselingkuhan Dengan Elon Musk

Selama dua hari ke depan, angkatan laut tiga negara akan melakukan berbagai latihan militer yang bertujuan menjaga kawasan Indo-Pasifik “bebas dan terbuka”.

Armada Angkatan Laut Australia telah meninggalkan pelabuhan di Darwin sejak 5 Juli. Setelah menyelesaikan latihan di Laut Cina Selatan, Angkatan Laut Australia akan menuju ke Hawaii untuk berpartisipasi dalam Latihan Lingkar Pasifik (RIMPAC)

Sementara itu dari Angkatan Laut Jepang, Kapten Sakano Yusuke, mengatakan pelatihan trilateral sangat penting bagi Negeri Matahari Terbit dan dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Baca Juga: Jangan Sampai Ketinggalan, Simak Jadwal Sepakbola Nanti Malam

“Pengalaman dalam latihan ini memberi kita keuntungan taktis dan operasional dan membuat kemitraan kita lebih kuat,” kata Sakano.

Ketegangan antara AS-China terus memanas di Laut Cina Selatan. Kedua negara adikuasa terus mengerahkan kapal dan pesawat militer mereka untuk memantau daerah itu dan mengadakan latihan di sana.

AS telah mengerahkan dua kapal induk USS Ronald Reegan dan USS Nimitz untuk pelatihan di Laut China Selatan sejak awal Juli.

Baca Juga: Presiden Jokowi Umumkan Soal Vaksin Corona Coronavac, Sebut Bakal Diproduksi 100-250 Juta Dosis

Pada saat yang sama, China juga harus melakukan latihan serupa di perairan kaya sumber daya alam. Delapan jet tempur Cina bahkan terlihat diparkir di pangkalan militer utama negara Tirai Bambu yang terletak di salah satu pulau yang disengketakan di Kepulauan Paracel, Laut Cina Selatan.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper berencana untuk mengunjungi China dalam waktu dekat untuk membahas eskalasi militer kedua negara di Laut Cina Selatan.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x