Kang Dedi Mulyadi Kembangkan Varietas Padi Organik Lembur Pakuan, Bisa Hasilkan 800 Bulir per Satu Batang Padi

- 27 Februari 2023, 20:16 WIB
Kang Dedi Mulyadi sedang melihat padi varietas unggul
Kang Dedi Mulyadi sedang melihat padi varietas unggul /Kang Dedi Mulyadi

GALAMEDIA NEWS – Kang Dedi Mulyadi sejak dulu dikenal sebagai orang yang fokus terhadap dunia pertanian. Bahkan kini ia tengah fokus membangun pertanian organik di kampung halamannya di Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang.

Mengisi waktu liburnya kemarin, Kang Dedi yang juga Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu berolahraga berkeliling kampung bersama Kades Sukasari Oleh Solihin. Keduanya berkeliling kampung untuk melihat areal sawah dan kandang sapi milik Kang Dedi.

“Saya sedang bersama Pak Kades Sukasari yang sama-sama memiliki visi membangun pertanian organik,” ujar Kang Dedi.

Baca Juga: 20 Anak Panti Asuhan Jadi Korban Kekerasan Hingga Kepalanya Dibenturkan ke Tembok, Begini Respons Mensos Risma

Di kandang sapi Kang Dedi menunjukkan bagaimana semua yang ada di dalamnya bisa dimanfaatkan. Seperti halnya kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk organik untuk sawah.

“Ini ekosistem ekonomi, ekosistem yang menghasilkan multiplier effect ekonomi. Jadi masyarakat petani dibuat berdaulat tidak lagi tergantung oleh kepentingan bisnis kapital, kapitalis dari pupuk, kapitalis dari obat-obatan, kapitalis dari benih,” katanya.

Menurutnya satu-satunya cara untuk memajukan pertanian di Indonesia adalah membuat petani mandiri dan tidak dibuat ketergantungan. Salah satu caranya adalah menyiapkan lembaga pembibitan dan peneliti di setiap areal sawah.

Hanya saja, Kang Dedi yang kini duduk sebagai legislatif hanya bisa memberikan masukan sekaligus contoh. Sebab semua itu tergantung dari kebijakan eksekutif.

Ia mencontohkan, benih yang didapat masyarakat saat ini adalah label biru atau terendah yang hanya bisa ditanam sekali karena kualitasnya sudah mengalami penurunan. Sehingga wajar produktivitas petani Indonesia kalah dengan luar negeri.

“Jadi caranya kita harus punya pembenihan sendiri. Kalau label kuning tidak perlu lagi menyesuaikan karena itu sudah lingkungan awal. Kalau kita tanam di sini, penangkaran di sini, maka padi yang ditanam tidak perlu lagi menyesuaikan diri karena sudah habitatnya,” ucapnya.

Baca Juga: Tepi Barat Memanas: 2 Warga Sipil Israel Tewas, Dibalas Warga Sipil Israel Dengan Menewaskan 1 Warga Palestina

Kang Dedi mengatakan, hal itulah yang sejak dulu ia sebut dengan pembangunan berkarakter atau kini orang mengenal local wisdom. Sayangnya kini local wisdom hanya dipahami sebagai kesenian. Begitupun bicara budaya, orang selalu menonjolkan sisi seni. Padahal di balik itu banyak hal termasuk pertanian.

Usai dari kandang, Kang Dedi bersama Oleh menuju areal persawahan. Di sana Kang Dedi menunjukkan sawah yang dinamai padi dengan biru yang merupakan terendah. Hasilnya padi bisa tumbuh namun harus terus diberi stimulus, obat-obatan dan rawan penyakit. Dari sisi produksi pun rendah.

Untuk itu Kang Dedi kini tengah fokus mengembangkan benih lokal sendiri yang dinamakan Lembur Pakuan bersama Kades Sukasari Oleh Solihin yang memiliki basic pertanian bersama seorang stanya yang seorang sarjana pertanian.

“Sekarang kita bercita-cita punya benih lokal sendiri di sini namanya benih lembur pakuan. Biasanya hanya 150 bulir per batang, benih ini punya keunggulan sampai 400 bahkan kemarin ada yang sampai 800 bulir per batang,” ujar Kang Dedi.

Baca Juga: Perlindungan Perempuan, Presiden Jokowi Dukung Implementasi Undang–Undang Tindak Pidana Pelecehan Seksual

Rencananya pengembagan benih tersebut akan berjalan selama tiga kali musim panen. “Kurang lebih musim tanam November 2024 seluruh areal sawah di sini sudah bisa ditanam varietas Lembur Pakuan. Artinya hasil panen organik ke depan bisa lebih dari tiga kali lipat,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.***

Editor: Ryan Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x