Terjadi Satu Kali dalam 100 Tahun, WHO Peringatkan Efek Covid-19 Akan Terasa dalam Beberapa Dekade

- 3 Agustus 2020, 15:40 WIB
Ilustrasi virus corona Covid-19.
Ilustrasi virus corona Covid-19. /PIXABAY/geralt

GALAMEDIANEWS - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhir pekan ini memperingatkan pandemi corona kemungkinan akan berlangsung dalam waktu yang panjang dengan  efek  hingga jauh ke masa depan.

Demikian hasil kesimpulan komite darurat  yang bertemu untuk mengevaluasi krisis Covid-19. Bermula enam bulan lalu kini Covid-19 menjadi krisis  internasional.

Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Senin (3 Agustus 2020) komite  menyoroti durasi panjang dari pandemi. WHO juga memperingatkan tekanan sosial ekonomi di banyak negara yang bisa memicu kelelahan responsif.

Baca Juga: Viral Video Pria Lakukan Aksi Eksibisionis di Ciparay Kab. Bandung, Polisi Langsung Turun Tangan

Panel berkumpul Jumat lalu untuk keempat kalinya, enam bulan sejak deklarasi darurat kesehatan masyarakat internasional (PHEIC) pada 30 Januari lalu. PHEIC  merupakan tingkat alarm tertinggi WHO yang menilai tingkat risiko global Covid saat ini sangat tinggi.

Virus corona menewaskan sedikitnya 680.000 orang dan menginfeksi 17,6 juta sejak muncul di China Desember lalu. Demikian penghitungan  sumber resmi yang dikumpulkan AFP. Di Amerika Serikat hampir 155.000 orang  meninggal dengan total 4,65 juta kasus.

AS, Brasil, Meksiko dan Inggris menjadi negara yang  sangat terpukul dalam beberapa pekan terakhir. Menyikapi kondisi ini panel komite darurat yang terdiri dari 17 anggota dan 12 penasihat sepakat menyatakan pandemi masih dalam status PHEIC.

Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas Jalan Jakarta-Supratman, Bingungkan Sejumlah Pengendara

Sejumlah negara sejauh ini  memberlakukan lockdown ketat untuk mengendalikan penyebaran virus yang memicu gangguan pernapasan hingga  membuat perekonomian mengalami kontraksi tajam ini.

Komite mendesak WHO memberikan panduan pragmatis  manajemen Covid-19 guna mengurangi risiko kelelahan responsif dalam konteks tekanan sosial-ekonomi.

WHO juga didesak untuk mendukung negara-negara dalam mempersiapkan peluncuran terapi dan vaksin. Termasuk mempercepat penelitian terkait sumber virus yang belum diketahui.

Baca Juga: Digelar Awal Oktober, Simak Hasil Undian Uber dan Thomas Cup 2020

Ini mengungkap pentingnya  peningkatan pemahaman epidemiologi dan tingkat keparahan Covid-19, termasuk efek kesehatan jangka panjangnya. Komite berharap ada lebih banyak penjelasan terkait dinamika virus, seperti mode penularan, potensi mutasi, kekebalan dan korelasi perlindungan.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan efek pandemi akan berlangsung lama. "Sangat menyedihkan saat enam bulan lalu kita  merekomendasikan PHEIC, kasus masih kurang dari 100 dan tidak ada kematian di luar China," katanya.

Ia melanjutkan, "Pandemi ini merupakan krisis kesehatan sekali dalam satu abad yang dampaknya akan terasa selama beberapa dekade mendatang."

Baca Juga: Ikan Paus Tutul Terdampar di Pantai Cipatujah, Warga Berbondong-bondong Mengambil Dagingnya

Komite memperingatkan semua negara menyiapkan sistem kesehatan  untuk mengatasi influenza musiman dan wabah penyakit lainnya bersamaan dengan corona.

Para pemimpin juga diharapkan mendorong solidaritas global dan membahas bersama disinformasi tentang virus. WHO sebelumnya mendapat kritik tajam karena terlambat mengeluarkan rekomendasi khususnya mengenai penggunaan masker dan kejelasan transmisi virus.

Baca Juga: Dihentikan Berlangganan, Sejumlah Loper Kebingungan Tagihan Diskominfo Mencapai Puluhan Juta  

Meskipun pengetahuan tentang virus telah berkembang, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan populasi pun tetap rentan. "Hasil awal  penelitian serologi (antibodi) menunjukkan gambaran yang konsisten: sebagian besar orang di dunia tetap rentan terhadap virus ini, bahkan di daerah yang telah mengalami wabah parah," kata Tedros.

“Banyak negara yang percaya mereka telah melewati masa terburuk saat ini  bergulat dengan wabah baru. Beberapa yang tak memiliki kasus tinggi di minggu-minggu awal pandemi sekarang mengalami peningkatan jumlah kasus dan kematian."***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x