Warga Pangalengan Menolak Pengeboran Sumur Panas Bumi PT Star Energy

- 4 Agustus 2020, 18:05 WIB
Ilustrasi unjuk rasa. (Pixabay)
Ilustrasi unjuk rasa. (Pixabay) /



GALAMEDIA - Ribuan warga dari Desa Margamukti dan Sukamanah di Kec. Pangalengan, Kab. Bandung yang tergabung dalam Pangalengan Bangkit, melakukan aksi unjuk rasa di area helipad milik PT Star Energy.

Mereka menuntut perusahaan panas bumi (geothermal) tersebut untuk tidak lagi melakukan penggalian sumur panas bumi baru.

Koordinator aksi Pangalengan Bangkit, Iman Abdurahman mengatakan, selama kurang lebih 20 tahun berdiri, perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Star Energy, sama sekali tidak membawa manfaat bagi masyarakat di 13 desa di Pangalengan.

Baca Juga: Kadisdik Jabar: Sekolah Swasta Jangan Menolak Siswa Tidak Mampu

Alih alih membawa manfaat, justru pada 2015 lalu menyebabkan bencana longsor akibat ledakan pipa geoterhmal hingga menguruk Kp. Cibitung, Desa Margamukti dan menewaskan puluhan nyawa warga.

"Sekarang mereka akan menambah sumur baru. Aktivitas penggalian sumur itu juga membabat tanaman sayuran milik para petani disini, pembabatan lahan pertanian seluas kurang lebih 6 hektar itu dilakukan pihak Star Energy tanpa permisi kepada para petani," kata Iman saat dihubungi melalui telepon seluler, Selasa 4 Agustus 2020.

Penggalian sumur baru yang dilakukan di wilayah Panon Arum Desa Margamukti, selain merusak tanaman sayuran milik masyarakat sekitar, dikhawatirkan juga dapat merusak kelestarian lingkungan. Ancaman kekeringan dampak dari pengeboran sumur panas bumi tersebut.

Baca Juga: Daftar Menu, Pemesanan hingga Pembayaran di Restoran Pizza Ini Bisa Dilakukan Lewat Aplikasi

"Dari berbagai sumber menunjukkan jika keberadaan sumur panas bumi dimanapun juga menyebabkan hilangnya sumber air bersih. Selain itu, ancaman bencana alam seperti longsor terus membayangi kami," ujarnya.

Selama ini, lanjut Iman, pihak Star Energy telah melakukan pengeboran 17 sumur yang sudah beroperasi. Namun selain ke 17 sumur tersebut, terdapat beberapa sumur yang diterlantarkan begitu saja.

Sumur sumur yang terbengkalai hanya ditutup dan diingkari agar tidak ada masyarakat sekitar yang masuk ke area sumur.

Baca Juga: Aksi Komplotan Pencuri Motor di Tasikmalaya Terungkap Gara-gara Pengeroyokan

"Beberapa sumur dibiarkan terbengkalai, kok sekarang malah membuat sumur baru," katanya.

Iman menegaskan, selama kurang lebih 20 tahun berdiri PLTU Star Energy, masyarakat Kecamatan Pangalengan tak merasakan manfaat apa-apa. Adapun Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 120 juta pertahun perdesa, terbilang kecil ketimbang kerugian moril dan materil masyarakat Pangalengan.

"Tidak ada manfaat yang kami rasakan dari keberadaan Star Energy itu. Justru ketenangan hidup kami yang terusik, lahan pertanian kami dirusak, kekeringan mengancam kehidupan kami," ungkapnya.

Baca Juga: Bertahan dari Wabah Flu 1918, Kanker dan Corona, Wanita 102 Tahun Merasa Diabaikan Malaikat Maut

Halaman:

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x