Ledakkan Beirut Mengingatkan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki, Ucap Gubernur Seraya Menangis

- 5 Agustus 2020, 06:08 WIB
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api di lokasi ledakan di pelabuhan ibukota Lebanon, Beirut, pada 4 Agustus 2020. (STR / AFP)
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api di lokasi ledakan di pelabuhan ibukota Lebanon, Beirut, pada 4 Agustus 2020. (STR / AFP) /

GALAMEDIA - Kementerian kesehatan Libanon mengatakan bahwa setidaknya 70 orang telah tewas dan 3.700 lainnya menderita luka-luka, dalam ledakan dan kebakaran yang mengguncang Beirut pada Selasa 4 Agustus 2020 waktu setempat.

Jumlah ini pun diperkirakan akan naik terus sepanjang hari, dan dengan korban luka-luka masih hilir-mudik ke rumah sakit. Pencarian orang hilang pun masih terus dilakukan.

Kantor berita setempat melaporkan, Sekretaris jenderal partai politik Kataeb, Nizar Najarian, tewas dalam ledakan itu, dan di antara yang terluka adalah Kamal Hayek, pemimpin perusahaan listrik milik negara, yang berada dalam kondisi kritis.

Sebagaimana melansir laman New York Times, Rabu 5 Agustus 2020, Palang Merah Lebanon mengatakan bahwa setiap ambulans yang tersedia dari Lebanon Utara, Bekaa dan Lebanon Selatan sedang dikirim ke Beirut untuk membantu pasien.

Baca Juga: Dua Gol Joe Bryan Bawa Fulham Kembali ke Liga Premier Inggris

Rumah sakit begitu kewalahan sehingga mereka terpaksa menolak beberapa orang terluka, termasuk Rumah Sakit Universitas Amerika. Pasien diangkut ke rumah sakit di luar Beirut yang masih tersedia.

Kantor Berita Nasional melaporkan, Menteri Kesehatan Masyarakat Hamad Hassan mengumumkan bahwa kementeriannya akan menanggung biaya perawatan korban luka di rumah sakit.

Perdana Menteri Hassan Diab mengumumkan bahwa hari ini, Rabu 5 Agustus 2020 akan menjadi hari berkabung nasional, National News Agency melaporkan.

"Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini akan membayarnya," ujar Diab dalam pernyataan yang disiarkan stasiun TV lokal.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Rabu 5 Agustus 2020: Naik Terus Gak Pernah Turun

Kepresidenan Lebanon mengatakan di Twitter bahwa Presiden Michel Aoun telah menginstruksikan militer untuk membantu dan menyerukan pertemuan darurat Dewan Pertahanan Tertinggi, yang menyatakan Beirut sebagai daerah bencana.

Sebelumnya dua ledakan besar mengguncang kawasan pelabuhan Kota Beirut, Libanon pada Selasa 4 Agustus waktu setempat. Ledakan itu menewaskan setidaknya puluhan orang dan melukai ribuan orang.

Dahsyatnya ledakan membuat warga yang tinggal di kejauhan mendengar suara dentuman kencang dan menyaksikan asap berbentuk jamur membumbung tinggi.

Getarannya membuat kaca-kaca bangunan yang terletak puluhan kilometer pecah. Hal itu seperti yang ditangkap oleh video yang diunggah Abbir Ghatas melalui akun Twitter @AbbirGhattas.

"Kakak laki-lakiku mengirim video ini kepadaku. Kami tinggal 10 Km dari lokasi kejadian dan kaca-kaca di bangunan kami pecah," ujar Ghatas dalam cuitan yang telah dibagikan 56,1 ribu pengguna Twitter.

Dari tengah laut, saksi mata mendengar dentuman yang disusul oleh asap berwarna merah dan putih berbentuk kubah.

Ia juga membagikan sejumlah video yang ia dapat WhatsApp Group keluarganya yang tinggal di sekitar lokasi kejadian. Dalam salah satu video, tampak asap tebal menyelimuti kota, kaca-kaca gedung rontok, dan truk hancur.

Berdasarkan keterangan petugas keamanan setempat kepada AFP, goncangan yang berasal dari kawasan pelabuhan itu menimbulkan suasana mencekam di ibu kota.

"Malapetaka di dalam. Banyak mayat di tanah," kata seorang tentara di tempat kejadian.

Kepala Keamanan Umum Abbas Ibrahim menduga ledakan berasal dari bahan peledak yang disimpan di kawasan tersebut bertahun-tahun sebelumnya. Investigasi lebih lanjut akan dilakukan.

"Nampaknya ada gudang yang menyimpan material yang disita bertahun-tahun lalu, dan tampaknya merupakan yang berdaya ledak tinggi," ujar Ibrahim.

"Ini mengingatkan saya pada apa yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki," kata Gubernur Beirut Marwan Aboud.

“Aku belum pernah melihat kehancuran seluas ini. Ini adalah bencana nasional. Ini adalah bencana bagi Lebanon. Kita sudah menjalani hari-hari di mana kita hampir tidak bisa terus berjalan."

"Dan sekarang ini ... aku tidak tahu bagaimana kita akan pulih dari ini," kata Aboud kepada Sky News, sebelum menangis.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x