Ekonomi Indonesia Terkontraksi 5,32 Persen, Konsumsi Rumah Tangga Diduga Jadi Biang Kerok

- 5 Agustus 2020, 12:05 WIB
Ilustrasi aktivitas perdagangan di pasar relatif sepi.
Ilustrasi aktivitas perdagangan di pasar relatif sepi. /


GALAMEDIA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Angka tersebut berbanding terbalik dari kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen.

Sementara pada kuartal I 2020 perekonomian Indonesia masih tumbuh sebesar 2,97 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I 2020 terkontraksi 1,26 persen.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 alami kontraksi 5,32 persen dan kumulatif semester I 2020 kontraksi 1,26 persen," ujar Suhariyanto melalui video conference, Rabu 8 Agustus 2020.

Anjloknya ekonomi Indonesia sejalan dengan situasi ekonomi di negara lain, khususnya mereka yang menjadi mitra dagang pemerintah. Hal ini disebabkan oleh pandemi virus corona.

Baca Juga: Perluas Medan Radar Jet Tempur SU-57, Produksi S-70 Hunter Dipercepat

Ia mencontohkan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tercatat minus 9,5 persen pada kuartal II 2020, Singapura minus 12,6 persen, Korea Selatan minus 2,9 persen, Hong Kong minus 9 persen, dan Uni Eropa minus 14,4 persen.

"Pandemi menimbulkan efek domino dari kesehatan menjadi masalah sosial dan ekonomi. Dampaknya menghantam lapisan masyarakat di rumah tangga sampai korporasi," jelas Suhariyanto.

Selain itu, harga komoditas minyak dan gas (migas) serta hasil tambang di pasar internasional turun secara kuartal dan tahunan. Sementara, harga komoditas makanan turun secara kuartal, tetapi naik secara tahunan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Akan Bagikan Rp 600 Ribu untuk Pegawai Bergaji di Bawah Rp 5 Juta Selama 6 Bulan

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara sudah menduga ekonomi kuartal II 2020 akan negatif. Ia memproyeksi ekonomi Indonesia minus 5 persen pada April-Juni 2020.

Untuk kuartal III 2020, Suahasil mengatakan peluang Indonesia tumbuh negatif ada. Hanya saja, pemerintah masih berharap pertumbuhannya justru positif, sehingga Indonesia tidak masuk ke jurang resesi.

Namun, ia enggan mengungkap prediksi terbaru untuk pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020. Proyeksi terakhir dari pemerintah memperkirakan ekonomi tumbuh 0,4 persen pada Juli-September 2020.

Baca Juga: Mantan Bintang Porno Mia Khalifa Ungkap Konspirasi Ledakan di Pelabuhan Beirut

Menurut ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, penyebab ambruknya pertumbuhan ekonomi diantaranya pelemahan konsumsi rumah tangga. Padahal selama ini kelompok pengeluaran ini menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi domestik.

“Perlambatan konsumsi rumah tangga dan lambatnya realisasi stimulus disertai rendahnya aktivitas manufaktur jadi penyebab utama anjloknya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II,” kata dia.

Di sisi lain, Bhima menilai penanganan pandemi covid-19 yang lambat dan kebingungan kebijakan kesehatan, memperparah kepercayaan konsumen untuk berbelanja.

“Padahal tanpa adanya penanganan pandemi yang optimal, sulit mengharapkan adanya pemulihan ekonomi dalam waktu singkat,” kata dia.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x