Tidak Selalu Pembelajaran Daring, Guru Harus Kreatif Agar Tidak Bebani Siswa Tak Mampu

- 5 Agustus 2020, 17:16 WIB
Ilustrasi pembelajaran daring. (Pixabay)
Ilustrasi pembelajaran daring. (Pixabay) /




GALAMEDIA - Guru diimbau untuk kreatif dengan sistem pembelajaran daring saat pandemi ini. Artinya tidak selalu harus daring, karena pembelajaran juga bisa dilaksanakan melalui sistem luar jaringan (luring).

Sebab, kemampuan setiap siswa dan orangtua siswa tidak sama. Jangan sampai pembelajaran daring ini membebani siswa. Bahkan banyak kasus yang tidak elok didengar akibat guru yang mengharuskan siswanya belajar daring.

"Kemampuan siswa itu berbeda-beda. Jadi bagi mereka yang tidak mampu, guru harus berinisiatif melaksanakan luring. Intinya, Jangan sampai belajar di saat pandemi jadi beban siswa," ungkap Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Jabar, Iwan Hermawan kepada galamedianews, Rabu 5 Agustus 2020.

Baca Juga: Meski Sering Disosialisasikan, Banyak ASN di Kabupaten Tasikmalaya Tidak Kenakan Masker

Oleh sebab itu, katanya, FAGI mengimbau guru untuk tidak selalu melaksanakan daring, tapi juga luring, khusus bagi siswa yang tidak memiliki sarana dan prasarana daring seperti kuota, HP, atau laptop.

Untuk pembelajaran luring, lanjut Iwan, guru bisa membuat modul. Siswa bisa mengambilnya ke sekolah dan menyerahkan tugas ke sekolah lagi. "Setelah mengambil modul, siswa belajar di rumah dan mengerjakan tugas. Minggu berikutnya siswa kembali ke sekolah untuk  menyerahkan tugas," beber Iwan.

Tidak hanya dengan menggunakan modul, menurut Iwan luring juga bisa dilakukan dengan melihat televisi, memberikan link materi pembelajaran, dll., kemudian siswa mempelajarinya di rumah.

Baca Juga: Dianggap Jadi Racun, Sejumlah Selebrasi di FIFA 21 Dihapus, Salah Satunya Ala Dele Alli

Selain itu, dikatakannya, FAGI juga mengimbau guru untuk berkolaborasi dalam memberikan tugas kepada siswa. Misalnya guru PKN, Sosiologi, dan Sejarah. Jadi satu tugas untuk tiga mata pelajaran yang materinya saling terkait.

"Dengan begitu tidak setiap habis materi guru memberikan tugas. Kabayang, setiap guru dalam setiap kesempatan belajar memberi tugas semuanya. Ini bisa membebani anak," tegasnya.

Ditanya soal ada sejumlah kasus miris gara-gara belajar daring, seperti di Garut, seorang ayah mencuri HP untuk belajar daring anaknya, terkait hal ini, Iwan mengatakan hal ini cukup miris.

Baca Juga: Tahun Ini, Jumlah Hewan Kurban yang Disembelih di Kab. Bandung Barat Turun 40 Persen

"Makanya, saya mengimbau kepada guru untuk tidak selalu melaksanakan daring tapi juga bisa luring. Kasian bagi anak-anak yang tidak punya HP, laptop, atau kuota. Mereka juga kan tetap harus mendapatkan hak belajarnya," tegasnya.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan Jabar memutuskan untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah (BDR) pada semester ini. Namun, pelaksanaan PJJ di Jabar tidak bisa dilaksanakan secara online full. Karena di Jabar ada sekitar 1.300 titik blank spot.

Sehingga di daerah ini kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan offline atau luring. Menurut Kepala Disdik Jabar, Dedi Supandi ke-1.300 titik itu berada di daerah utara dan selatan Jabar.

Baca Juga: Dua Perawat di RSUD Sumedang Terkonfirmasi Positif Covid-19

"Rata-rata memang berada di kawasan hutan. Jadi mau operator apapun juga tidak akan ada sinyal di daerah itu," kata Dedi.

Menurutnya di daerah ini, KBM-nya menggunakan modul pembelajaran. Modul yang sudah disiapkan disdik dikirimkan oleh PT Pos ke setiap rumah siswa. "Kita kerjasama dengan PT Pos untuk membagikan modul tersebut," ujarnya.

Dikatakan, satu waktu nanti guru akan mengumpulkan para siswa di daerah tersebut untuk bertemu dan melaksanakan KBM. Guru akan menjelaskan menggunakan infocus dan pembelajaran komunikatif lainnya.***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x