Obat Corona Hadi Pranoto Dipesan Ratu Elizabeth, Peneliti: Itu Harus Diverifikasi Kebenarannya

- 6 Agustus 2020, 06:53 WIB
Peneliti Hadi Pranoto menunjukkan ramuan herbal untuk antibodi COVID-19 di Kota Bogor, Jawa Barat pada Senin, 3 Agustus 2020.
Peneliti Hadi Pranoto menunjukkan ramuan herbal untuk antibodi COVID-19 di Kota Bogor, Jawa Barat pada Senin, 3 Agustus 2020. /


GALAMEDIA - Hadi Pranoto yang mengklaim menemukan antibodi Covid-19 mengaku pihak kerajaan Inggris yakni Ratu Elizabeth II meminta hasil risetnya untuk mengobati keluarganya yang terkena virus mematikan itu.

"Saya pernah kirim 5.000 botol ke British, Ratu Elizabeth minta untuk keluarganya dan alhamdulillah mereka sekeluarga sembuh. Namanya antibodi covid-19," ujar Hadi, Rabu 5 Agustus 2020.

Hadi pun menyatakan akan membagikan temuan risetnya itu kepada semua warga yang membutuhkan terutama pasien Covid-19. Dia menyebut dalam waktu dekat akan`melakukan bakti sosial untuk memberikan ramuannya itu.

Baca Juga: Penulis bersama Produser The Sopranos dan Goodfellas Kolaborasi Buat Serial Drama Mafia Baru

“Kita akan selenggarakan bakti sosial untuk covid-19. Kita bagi-bagi jamu herbal di seluruh Indonesia. Nanti kita lagi susun untuk tahap pertama untuk amal bakti nasional," kata dia.

Diketahui, Hadi menyebut antibodi covid-19 itu terbuat dari tumbuh-tumbuhan, tidak memakai bahan kimia dan tidak mempunyai efek samping.

Hadi meyakini, semua kehidupan akan mati dan kembali lagi kepada tanah. Oleh karena itu, hanya dua unsur yang dilakukan dalam penelitiannya.

"Makanya kita tim riset melakukan penelitian unsur yang ada dalam tubuh manusia. Itu unsur air dan tanah. Makannya kandungan yang ada di dalam herbal ini adalah tumbuh-tumbuhan dan air," ujarnya.

Baca Juga: Pesawat Korean Air Jatuh di Guam, 228 Orang Meninggal Dunia Pada 6 Agustus 1997

Sebagai peneliti obat tradisional Covid-19 sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr. Inggrid Tania, MSi meragukan apa yang disampaikan Hadi.

"Itu dia (Hadi) ngirim obat ke Ratu Elizabeth harus diverifikasi ya kebenarannya apa benar. Saya sih agak meragukan, entahlah kalau misalnya lewat jalur tidak resmi nitip ke temennya yang kenal dengan Ratu Elizabeth, saya enggak tahu," ujar dr. Inggrid saat berdiskusi daring, Rabu 5 Agustus 2020 malam.

Dokter yang sedang melakukan uji klinis obat herbal Covid-19 pertama di Indonesia ini menyebut, dibanding mendapatkan izin edar BPOM. Obat herbal yang akan diekspor ke luar negeri harus melalui proses yang ketat.

Baca Juga: Manchester United Melaju ke Babak 8 Besar Liga Europa Tanpa Hambatan

"Memang awalnya obat Hadi Pranoto dapat izin edar BPOM, kalau untuk diekspor ke negara lain, misalnya Inggris, harus memenuhi standar dari negara Inggris dan di sana juga standarnya lebih tinggi," papar dr. Inggrid.

Lebih jauh produsen obat herbal yang akan mengirimkan obatnya ke luar negeri juga harus terstandarisasi. Salah satunya perusahaan pembuat obat telah mendapat sertifikat good manufacturing practice (GMP). Ditambah komposisi dan bahan baku obat itu harus bisa dipertanggungjawabkan.

"Tapi kalau untuk diekspor itu ada lebih banyak lagi kriterianya, di antaranya itu standarisasi tiap-tiap komponen bahan baku dan itu tidak mudah," jelasnya.

Baca Juga: China Berang Gara-gara AS dan Taiwan Bakal Bertemu Membahas Covid-19

Meski begitu, dokter yang sedang menempuh program S-3 Filsafat Jamu/Ilmu Kesehatan Tradisional di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini menyebutkan Indonesia sudah memiliki mengekspor beberapa obat herbal yang sudah terstandarisasi.

Pastinya perusahaan produsen sudah berpredikat GMP, salah satunya adalah jamu masuk angin yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh tubuh sudah diekspor ke berbagai negara.

"Kemudian banyak juga ekstrak herbal yang diekspor ke Eropa itu banyak, intinya dari perusahaan besar yang sudah GMP. Terutama yang fitofarmaka itu sudah banyak diekspor ke negara ASEAN," ujarnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x