Bola Api Berwarna Merah Bata, Pakar Bahan Peledak Paparkan Bukti Ledakan Beirut Dipicu Rudal Militer

- 11 Agustus 2020, 09:47 WIB
galamedianews.com
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIANEWS - Ahli bahan peledak Italia, Danilo Coppe (56)  mengklaim ledakan di Beirut, Lebanon disebabkan oleh rudal militer yang terbakar, bukan amonium nitrat. Warga  Parmesan tersebut merupakan salah salah satu ahli bahan peledak terkemuka Negeri Pizza.

Danilo yakin ledakan pada 4 Agustus yang menewaskan 160 orang, melukai 6.000 lainnya dan menghancurkan 300.000 rumah, bukan disebabkan oleh amonium nitrat karena warna awan terlihat oranye atau merah bata.

Baca Juga: Asyik, WhatsApp Segera Bisa Dijalankan di Beberapa Perangkat Bersamaan

Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Selasa (11 Agustus 2020) kepada Corriere, pakar bahan peledak yang dijuluki Mr. Dynamite itu menjelaskan, ketika amonium nitrat meledak maka ledakannya akan menghasilkan awan kuning. Tapi video ledakan Beirut menunjukkan asap yang berwarna oranye.

“Sepertinya ada katalisator karena jika tidak, tidak akan semuanya meledak bersamaan. Anda dapat dengan jelas melihat warna oranye bata yang cenderung merah terang, ciri adanya litium. Lithium-metal merupakan propelan untuk rudal militer. Saya pikir ada persenjataan di sana,” paparnya.

Danilo menambahkan sebelum ledakan besar terjadi kemungkinan ada ledakan pertama yang memicu api di mana amunisi tersimpan. Dia mengklaim ledakan awal ini kemudian menyebar ke tempat di mana bahan berpeledak tinggi yang terkandung dalam roket atau rudal berada.

Ledakan Beirut diyakini setara dengan seperlima dari bom nulkir Hiroshima hingga efeknya tak hanya mengubah cakrawala Beirut tapi bahkan garis pantai Mediterania.

Klaim Danilo muncul di tengah ramai foto pengawal pribadi pejabat tinggi Lebanon Nabih Berry (82) yang terlihat menembaki pengunjuk rasa. Massa  mengancam akan memicu revolusi.

Mengenakan celana jeans, ia mengarahkan senjata api ke arah kerumunan demonstran kemarin sore.  Berri merupakan pemimpin faksi Syiah terbesar di parlemen dan didukung oleh Hizbullah. Sementara itu Iran mengatakan semua pihak harus menahan diri dari memolitisasi ledakan Beirut dan mendesak AS  mencabut sanksi terhadap Lebanon.

"Ledakan itu tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk tujuan politik.. penyebab ledakan itu harus diselidiki dengan hati-hati," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi pada konferensi pers yang disiarkan televisi.

Iran mendukung Hizbullah, kelompok Muslim Syiah bersenjata yang merupakan salah satu kekuatan politik paling kuat di Lebanon. Washington mengangap Hizbullah sebagai kelompok teroris hingga menghukum Lebanon dengan sanksi.

Sebelumnya Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi jalan-jalan yang hancur pekan lalu dan bersama PBB menggalang bantuan internasional sebesar  250 juta euro atau lebih dari Rp 4 triliun.  Lima belas pemimpin pemerintah, termasuk Presiden AS Donald Trump ikut ambil bagian.

Negara-negara donor berharap Lebanon berkomitmen penuh pada langkah-langkah reformasi dan pemulihan ekonomi serta keuangan negara. Dikatakan bantuan untuk penyelidikan yang tidak memihak, kredibel dan independen sangat  dibutuhkan.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x