Dinamai Satelit USSR Sputnik V, Rusia Klaim Satu Miliar Dosis Vaksin Pertama Covid-19 Sudah Dipesan

- 12 Agustus 2020, 14:02 WIB
Ilustrasi virus corona Covid-19.
Ilustrasi virus corona Covid-19. /PIXABAY/geralt

GALAMEDIANEWS - Vladimir Putin menjadi sasaran kritik para ilmuwan menyusul klaimnya yang dianggap sembrono. Putin menyebut Rusia telah mengembangkan vaksin virus corona pertama yang efektif di dunia.

Vaksin yang dinamai Sputnik V itu disebut memberi kekebalan dari Covid-19 dan Putin pun meyakinkan salah satu putrinya telah divaksin. Rencana Rusia menggelar vaksin massal setelah Oktober pun memicu kekhawatiran luas karena vaksin dianggap belum lulus uji klinis.

Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Rabu (12 Agustus 2020) kecaman dilayangkan karena langkah Putin ini tidak etis. Pasalnya vaksin yang tidak diuji dengan benar dapat memiliki efek bencana kesehatan bagi masyarakat luas.

Sementara yang lain memperingatkan sejauh ini tidak ada data pasti untuk mengetahui apakah Sputnik benar-benar efektif. Pakar juga memperingatkan dampak dari vaksin yang kurang aman karena akan memperburuk pandemi.

Meski uji coba kecil dapat menunjukkan keamanan  vaksin, namun diperlukan uji Fase III yang biasanya berlangsung selama berbulan-bulan guna menakar efektivitasnya. WHO pun belum memberikan persetujuan untuk vaksin Rusia tersebut.

Di luar keraguan dan kritik, Rusia mengklaim 20 negara telah memesan satu miliar dosis vaksin yang namanya diambil dari satelit luar angkasa Soviet tersebut.

Salah satunya Filipina melalui Presiden Rodrigo Duterte yang  telah mencapai kesepakatan untuk jutaan dosis. India, Brasil, dan Arab Saudi sebelumnya juga menyatakan minat. Pihak berwenang Rusia mengatakan pekerja medis, guru, dan kelompok berisiko akan menjadi yang pertama mendapat vaksin.

Kremlin dan media pemerintah yang memuji para ilmuwan Rusia sebagai pelopor global dan menjadikan Sputnik V sebagai prestise nasional memicu  kekhawatiran lain. Rusia dianggap mengompromikan keselamatan demi citra di mata dunia.

Inggris, Amerika dan Kanada bulan lalu mengklaim Rusia mencoba meretas penelitian vaksin ilmuwan Barat dalam upaya ‘memenangkan perlombaan’ menemukan vaksin Covid-19.

Berbicara pada pertemuan pemerintah hari ini, Putin menegaskan Sputnik V  telah melalui pengujian yang tepat dan terbukti aman digunakan. "Saya ingin mengulang bahwa vaksin ini telah lulus semua tes yang diperlukan dan yang paling penting adalah memastikan keamanan penuh penggunaan dan efisiensinya.”

Putin menambahkan, salah satu dari dua putrinya yang telah menerima dua suntikan vaksin dan saat ini dalam kondisi sehat. "Dia ikut ambil bagian dalam eksperimen," katanya. Putin menyebut putrinya memiliki suhu 100F (38C) pada hari injeksi vaksin pertama, yang kemudian turun menjadi 99F (37C) pada hari berikutnya.

Setelah suntikan kedua, sang putri kembali mengalami sedikit peningkatan suhu, tetapi kemudian semuanya kembali normal. Putin tidak mengungkapkan siapa di antara dua putrinya, Maria atau Katerina yang menerima vaksin. Namun laporan mengatakan Katerina yang ikut dalam eksprimen kali ini.

Laporan lebih lanjut bulan lalu mengungkap beberapa sosok elite bisnis dan politik Rusia mendapat akses pada vaksin eksperimental sejak April. Sementara itu, Kementerian Kesehatan mengatakan Sputnik V diharapkan dapat memberi kekebalan dari virus corona hingga dua tahun.

Kirill Dmitriev, kepala pendanaan Sputnik mengatakan 20 negara telah memesan satu miliar dosis vaksin. Sputnik sendiri berbasis adenovirus, patogen yang menyebabkan flu biasa serta penyakit lainnya  yang dapat direkayasa untuk mencocokkan urutan genetik SARS-CoV-2, virus corona yang menyebabkan Covid-19.

Adenovirus juga digunakan dalam prototipe vaksin yang dikembangkan  Universitas Oxford dan CanSino China. Menanggapi pengumuman Putin, juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan pihaknya sedang membahas langkah selanjutnya dengan pejabat berwenang Rusia.

Baca Juga: Dianggap Melewati Batas, Meghan Markle Akhiri Kedekatan Pangeran Harry dan Putri Eugenie

"Kami melakukan kontak dengan otoritas kesehatan Rusia dan diskusi sedang berlangsung sehubungan dengan kemungkinan prakualifikasi vaksin WHO. Tapi sekali lagi prakualifikasi vaksin apa pun mencakup tinjauan dan penilaian yang ketat dari semua data keamanan dan efektivitas yang diperlukan," kata Jasarevic.

Jerman juga meragukan kualitas Sputnik dan menekankan persetujuan obat dari Uni Eropa hanya diberikan setelah uji klinis penuh. "Keselamatan pasien adalah prioritas tertinggi," kata  juru bicara kementerian kesehatan kepada jaringan surat kabar Jerman RND. "Saat ini tidak ada data yang diketahui tentang kualitas, efektivitas dan keamanan vaksin Rusia."

Baca Juga: Ancam Logo Ikonik Bernilai Rp 28.000 Triliun, Bentuk Daunnya Dianggap Mirip Apple Gugat Prepear

Para ahli tidak sepenuhnya menafikan kemungkinan efektivitas Sputnik V. Namun mereka menyebut tak ada cukup detail dari Sputnik yang memastikan keefektifannya.

Profesor Francois Balloux, ahli biologi University College London mengecam langkah Putin sebagai sesuatu yang 'sembrono dan bodoh'. Ia mengatakan vaksinasi dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat adalah langkah yang tidak etis.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x