Bawa Dana Rp 38,59 Triliun, Perusahaan Baterai Lithium asal China Bangun Pabrik di Indonesia

- 13 Agustus 2020, 18:07 WIB
Ilustrasi kegiatan produksi ci CATL. (Foto: China Daily)
Ilustrasi kegiatan produksi ci CATL. (Foto: China Daily) /

GALAMEDIA - Di masa pandemi Covid-19 (virus corona) penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI) tetap tumbuh.

Salah satunya investasi dari perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technologi Co Ltd (CATL) untuk mengembangkan industri baterai kendaraan sebesar 2,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp38,59 triliun (kurs Rp14.734 per dolar AS).

Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Panjaitan pada acara webinar Kamis 13 Agustus 2020.

Baca Juga: Sudah Terdata 7 Juta Orang, Erick Thohir Sebut Subsidi Gaji Rp 600 Rirbu Cair Akhir Bulan Ini

"FDI saya lihat angkanya masih cukup tinggi. Misalnya di daerah Morowali, Bintan, dan Halmahera Utara itu angkanya terus naik. Malah kemarin CATL mengumumkan akan investasi lagi untuk lithium baterai 2,6 miliar dolar AS," ujar Luhut.

Luhut menyampaikan investasi baterai kendaraan listrik merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi produk hasil tambang di Indonesia. Hanya saja terkadang investasi tersebut terkendala dengan adanya penolakan masyarakat terhadap orang asing yang dipekerjakan.

Padahal, kata Luhut, keberadaan tenaga kerja asing di proyek-proyek tersebut hanya untuk transfer pengetahuan dan ke depannya justru bermanfaat bagi penciptaan lapangan kerja.

Baca Juga: Sudah Disejutujui Presiden Jokowi, Pemerintah Ingin Mudahkan Dokter Asing Masuk ke Indonesia

"Ada yang suka mempertanyakan soal penggunaan tenaga asing. Tenaga asing itu hanya menjembatani untuk ciptakan lapangan kerja. Untuk transfer teknologi dan meyakinkan bahwa orang yang punya uang itu, uangnya memang diinvestasikan dengan benar," imbuhnya.

Ia melanjutkan, transfer teknologi tersebut dapat dilihat dengan adanya pembangunan politeknik Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang merupakan pabrik baterai lithium terbesar di Indonesia.

Di sana, tegas Luhut, perusahaan yang menanamkan modalnya untuk pengembangan baterai mobil listrik wajib mendidik tenaga kerja lokal.

Baca Juga: Seorang Pilot Terluka, Helikopter Angkatan Udara Amerika Serikat Ditembak

"Di Morowali ada politeknik, nah ini bagus 600 orang per tahun. Yang mengajar dari ITB, UI, UGM, senior-senior mengajar di sana. Ada praktik, tersedia industrinya. Di mana lagi dapat politeknik seperti ini? Jadi itu bisa menjadi politeknik terbaik di Indonesia. Begitu juga di Konawe Utara, Halmahera tengah," jelasnya.

Di sisi lain, Luhut menilai tenaga kerja asing juga penting untuk membantu Indonesia masuk ke dalam dari rantai pasok dunia dengan adanya hilirisasi industri. Pasalnya hingga saat ini Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan pekerja untuk program hilirisasi industri.

"Nikel ore inilah yang dulu kita ekspor. Sekarang kita mau membuat lithium battery, lalu kita buat lagi recycling lithium battery, sehingga kita bisa gunakan lagi itu nanti. Ini yang berpuluh-puluh tahun enggak pernah kita buat. Ini kan butuh teknologi, kita kan nggak bisa sendiri," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x