Malaysia Masuk Jurang Resesi, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?

- 14 Agustus 2020, 17:03 WIB
Malaysia akhirnya mengumumkan masuk jurang resesi menyusul Singapura, Filipina, dan Thailand.
Malaysia akhirnya mengumumkan masuk jurang resesi menyusul Singapura, Filipina, dan Thailand. /

GALAMEDIA - Malaysia mengumumkan negaranya masuk jurang resesi setelah PDB berkontraksi untuk kedua kalinya di kuartal II 2020. Ekonomi tercatat -16,5% (QtQ) pada triwulan kedua 2020. Sedangkan pada kuartal I, ekonomi sebelumnya -2%.

Secara basis tahunan (YoY), ekonomi terkontraksi -17,1%. Namun di kuartal I, ekonomi masih positif 0,7% (tahunan).

Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan yang berlangsung selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Dengan ini Malaysia masuk ke resesi teknikal.

Baca Juga: Bawa Bom Molotov, Dua Anggota Anarko Vandalis Diciduk Polisi Saat Ikut Demo RUU Cipta Kerja

Ini merupakan kontraksi ekonomi pertama sejak triwulan ketiga 2009 dan penurunan paling tajam sejak triwulan keempat tahun 1998. Pengumuman ini juga di luar ekspektasi sebelumnya, di mana ekonomi diramal -10%.

Lockdown guna mencegah Covid-19 menghancurkan ekonomi negara itu. Konsumsi rumah tangga merosot hingga 18,5% sementara investasi turun 28,9%.

Permintaan eksternal masih berkontribusi negatif ke PDB. Ekspor dan impor turun tajam. Di sisi lain jasa produksi, sektor jasa dan manufaktur mengalami kontraksi. Pertambangan dan konstruksi juga turun.

Bank sentral negara itu mengatakan koreksi ekonomi ini mencerminkan dampak dari upaya penanganan wabah virus corona (Covid-19) Malaysia. Di mana negara itu telah menerapkan penguncian (lockdown) yang disebut dengan Movement Control Order (MCO) selama tiga bulan terakhir.

Langkah itu telah membuat aktivitas ekonomi Malaysia, seperti produksi dan konsumsi, tidak bisa berjalan normal.

Negara di ASEAN

Sebelum Malaysia negara-negara tetangga lain Indonesia juga telah melaporkan terjerat resesi. Beberapa di antaranya Singapura.

Pada Selasa 11 Agustus 2020, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengatakan ekonomi negara itu mengalami kontraksi sebesar 42,9% pada kuartal kedua II 2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Angka itu lebih buruk dari perkiraan awal resmi yang dirilis bulan lalu.

Baca Juga: Diprediksi Tembus 200 Ribu di September, Hari Ini Pasien Positif Covid-19 Bertambah 2.307 Orang

Pada perkiraan awal, ekonomi menyusut 41,2% pada kuartal II dibandingkan sebelumnya.

Angka terbaru ini mengirim negara kota di Asia Tenggara itu masuk ke dalam resesi teknis.

"Secara tahunan/year-on-year (YoY), ekonomi menyusut 13,2% pada kuartal yang berakhir 30 Juni," ujar kementerian.

"Itu lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yaitu kontraksi 12,6% dari tahun ke tahun."

Kementerian juga merevisi perkiraan setahun penuhnya untuk ekonomi Singapura. Ekonomi diperkirakan akan mencatat kontraksi antara 5% sampai 7% pada 2020.

Filipina pun resmi masuk resesi setelah pada Kamis 6 Agustus 2020 mengumumkan bahwa produk domestik bruto-nya (PDB) mengalami kontraksi di kuartal-II 2020.

Badan Statistik Filipina menyebut PDB secara tahunan (YoY) di kuartal II 2020 -16,5%. Sebelumnya pada kuartal satu, ekonominya juga berkontraksi, yaitu -0,7% secara tahunan di kuartal I 2020.

Baca Juga: Sebut UEA Sebagai Pengkhianat, Palestina Tarik Duta Besarnya dari Abu Dhabi

Secara kuartalan (QtQ), ekonomi Filipina di April hingga Juni juga -15,2%. Di kuartal I lalu dalam basis yang sama, ekonomi -5,1%.

Data ekonomi Filipina itu sendiri jauh lebih buruk dari jajak pendapat yang dilakukan Reuters, yang memproyeksi penurunan 0,7% secara YoY.

Hal ini pun membuat negara yang dipimpin Presiden Rodrigo Duterte itu resmi mengalami resesi karena ekonominya telah minus dua kuartal berturut-turut. Ini merupakan resesi pertama Filipina dalam 29 tahun.

Thailand belum mengumumkan data ekonomi terbarunya. Namun ekonomi Thailand mengalami kontraksi paling cepat dalam delapan tahun pada kuartal I-2020 lalu.

Sejumlah pengamat menilai Thailand bakal jatuh (dipastikan) ke jurang resesi lebih cepat dari yang diperkirakan. Pandemi Covid-19 menghantam pariwisata dan aktivitas domestik yang menjadi satu-satunya kekuatan negara Gajah Putih tersebut.

Baca Juga: Miris, Pria Ini Curi Motor Demi Membeli HP untuk Anaknya Belajar Daring

Pada kuartal I-2020 ekonomi Thailand negatif hingga 2,2%. Kemudian diproyeksikan di kuartal II-2020 akan negatif juga di 2,2% berdasarkan konsensus beberapa lembaga rating. Sementara Trading Economics memproyeksikan ekonominya anjlok minus 17% di kuartal II-2020.

"Dampak wabah di Q2 akan jauh lebih besar daripada di Q1," kata Phacharaphot Nugtramas, ekonom di Krung Thai Bank, yang memperkirakan ekonomi akan menyusut 8,8% tahun ini.

Dampak lockdown Thailand akan terus mempengaruhi pengeluaran rumah tangga dan investasi swasta untuk sisa tahun ini.

Dampak ke Indonesia

Jika ekonomi Malaysia resesi, bagaimana nasib Indonesia? Kontribusi utama Malaysia terhadap Indonesia adalah dalam hal pariwisata. Wisatawan mancanegara dari Negeri Jiran adalah yang terbanyak mengunjungi Indonesia.

Pada 2019, wisman asal Malaysia mencatatkan 2,98 juta kunjungan. Melonjak 19,07% dibandingkan tahun sebelumnya.

Jadi ketika Malaysia resesi, maka tentunya mereka yang pelesiran bakal berkurang. Sebuah kerugian bagi Indonesia, karena sumbangan wisman Malaysia yang begitu signifikan.

Baca Juga: Bos Event Organizer di Bandung Dituding Lakukan Penipuan, Kerugian Mencapai Belasan Miliar Rupiah

Sedangkan untuk ekpor, nilainya di sektor non-migas Indonesia ke Malaysia selama semester I-2020 adalah 3,03 miliar dolar AS atau 4,18% dari total ekspor non-migas. Malaysia menempati peringkat ke-6 di bawah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, India, dan Singapura.

Dengan peran Malaysia yang penting bagi perekonomian, Indonesia patut cemas saat sang tetangga jatuh ke jurang resesi. Kalau tidak hati-hati, bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami tragedi serupa.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x