Empat Hari Berturut-turut Pasukan Israel Bombardir Jalur Gaza, Wanita dan Anak-Anak Jadi Korban

- 15 Agustus 2020, 15:49 WIB
Asap dan api membumbung setelah pesawat Israel melakukan serangan udara di dekat kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 12 Agustus 2020. (Said Khatib / AFP)
Asap dan api membumbung setelah pesawat Israel melakukan serangan udara di dekat kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 12 Agustus 2020. (Said Khatib / AFP) /


GALAMEDIA - Selama empat hari berturut-turut, pasukan angkatan udara Israel menggempur Jalur Gaza untuk mengincar Hamas sebagai respons serangan balon udara dan sejumlah ledakkan di Israel.

Serangan Jumat 14 Agustus 2020 malam terhadap kantong Hamas merupakan operasi kelima sejak awal pekan ini.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa helikopter tempur dan tank menghantam sejumlah target teror milik Hamas, termasuk situs yang digunakan oleh pasukan angkatan laut, infrastruktur bawah tanah, dan pos pengamatan.

"Serangan itu dilakukan sebagai tanggapan terhadap balon dengan bahan peledak dan balon pembakar (diluncurkan) dari Jalur Gaza ke wilayah Israel selama sepekan terakhir," kata IDF dilansir Times of Israel Sabtu 15 Agustus 2020.

Sebuah kendaraan IDF di lokasi kebakaran yang dipicu oleh balon pembakar yang diluncurkan dari Jalur Gaza, dekat Be'eri Kibbutz di Israel selatan, pada 13 Agustus 2020. (Jack Guez / AFP)
Sebuah kendaraan IDF di lokasi kebakaran yang dipicu oleh balon pembakar yang diluncurkan dari Jalur Gaza, dekat Be'eri Kibbutz di Israel selatan, pada 13 Agustus 2020. (Jack Guez / AFP)


IDF menambahkan bahwa Hamas bertanggung jawab atas semua tindakan di dalam dan yang berasal dari Jalur Gaza.

Belum ada laporan tentang korban dalam serangan kekerasan terbaru di selatan.

Hamas memperingatkan Israel bahwa mereka telah melintas "garis merah" (kelewat batas) setelah dua anak dilaporkan terluka ringan dalam serangan udara di Jalur Gaza Jumat malam.

Fawzi Barhoum, juru bicara kelompok teror tersebut mengatakan IDF juga telah menyerang "warga sipil yang tidak bersalah," dan bahwa serangan tersebut merupakan "garis merah dan eskalasi berbahaya yang akan ditanggung Israel sebagai konsekuensinya."

Baca Juga: Siap Hadapi China di Perbatasan, Militer India Siagakan 1,4 Juta Pasukan

Kementerian Kesehatan Hamas melaporkan seorang gadis berusia 3 tahun terluka ringan dalam serangan udara di sekitar al-Bureij. Laporan media lokal mengatakan dia dipukul dengan pecahan peluru di wajahnya.

Kantor berita al-Resalah yang terkait dengan Hamas juga melaporkan seorang wanita dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun terluka ringan di wilayah yang sama dan dibawa ke rumah sakit untuk perawatan.

Barhoum mengatakan kelompok teror di Gaza "tidak akan membiarkan situasi tetap seperti itu," sebelum menambahkan bahwa mereka akan bertindak untuk "mengekang agresi dan melindungi kepentingan rakyat."

Serangan Jumat malam terjadi sehari setelah Israel dan Uni Emirat Arab setuju untuk menormalisasi hubungan dalam kesepakatan penting yang ditengahi AS, meningkatkan ketegangan di Tepi Barat dan Gaza.

Perjanjian tersebut membuat marah para pemimpin Palestina, yang menyebutnya sebagai "pengkhianatan" atas perjuangan mereka, termasuk klaim mereka atas Yerusalem sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Baca Juga: China Aktifkan Rudal 'Pembunuh Kapal' di Tengah Mengancam Tenggelamkan Dua Kapal Induk AS

Warga Palestina juga melakukan protes terhadap kesepakatan di Yerusalem, Tepi Barat dan Jalur Gaza. Para pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam salat Jumat di Masjid Al-Aqsa di Temple Mount di Yerusalem menginjak-injak dan kemudian membakar poster pemimpin UEA Mohammed bin Zayed untuk memprotes kesepakatan tersebut.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengadakan pertemuan darurat kepemimpinan PA sebagai tanggapan atas kesepakatan tersebut, sementara PA memanggil duta besarnya untuk UEA sebagai protes atas kesepakatan tersebut.

Abu Dhabi telah berusaha untuk menggambarkan aksinya sebagai yang pertama dan terutama menguntungkan rakyat Palestina, karena menunda dan mungkin membatalkan rencana Israel untuk mencaplok sebagian Tepi Barat.

Baca Juga: Mossad Mainkan Peran Utama dalam Pencapaian Kesepakatan Israel-UEA, Negara Arab Lain Menyusul

Harian Haaretz melaporkan pada hari Jumat bahwa Israel menyampaikan bahwa mereka tidak akan mengizinkan transfer sejumlah  30 juta dolar AS bulanan dari Qatar ke Gaza kecuali serentetan serangan balon pembakar berhenti.

Laporan itu, yang tidak mengutip sumbernya, menambahkan bahwa utusan Qatar itu sendiri "tidak senang" untuk pergi ke Jalur itu sampai eskalasi selesai.

Analis Palestina mengatakan serangan dari Gaza sering bertujuan untuk menekan Israel agar memberi lampu hijau untuk transfer bantuan keuangan Qatar ke Jalur itu.

Menanggapi serangan tersebut, Israel telah menutup penyeberangan kargo dengan Jalur tersebut, dengan pengecualian yang dibuat untuk makanan dan bantuan kemanusiaan, dan juga mengurangi zona penangkapan ikan pesisir yang diizinkan di wilayah tersebut.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x