Komandan Militer Senior China Nyatakan Donald Trump Telah Mengirim Sinyal Peperangan di Selat Taiwan

- 20 Agustus 2020, 07:20 WIB
USS Mustin. (Twitter @USNavy)
USS Mustin. (Twitter @USNavy) /

GALAMEDIA - Keputusan Donald Trump untuk mengirim kapal perusak USS Martin ke Selat Taiwan dinilai Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan "sinyal peperangan" dengan China. Seorang komandan militer senior China menggambarkan situasi tersebut sebagai "ancaman nyata bagi perdamaian".

Kapal perusak berpeluru kendali USS Mustin berlayar melalui jalur air yang sempit itu, kata angkatan laut AS, hal itu yang terbaru dari serangkaian aksi beberapa bulan terakhir, yang telah menuai protes kemarahan dari China setiap saat.

Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengonfirmasi pasukan udara dan laut mengikuti dan memantau kapal AS selama pelayarannya.

Dilansir Express Rabu 20 Agustus 2020 Kolonel Senior Zhang Chunhui, juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan tindakan itu mengirimkan sinyal yang salah kepada apa yang disebutnya pasukan "kemerdekaan Taiwan".

Baca Juga: Puasa Tasu'a, Puasa di Bulan Muharram: Disunnahkan, Tapi Tak Pernah Dilakukan Rasulullah

Dia menambahkan, "Kami dengan tegas memperingatkan pihak-pihak terkait bahwa setiap pernyataan dan tindakan yang menyabotase prinsip satu-China dan menimbulkan masalah di Selat Taiwan tidak sesuai dengan kepentingan fundamental China dan AS, dan merusak kesejahteraan rekan senegaranya."

"Semua itu membawa ancaman nyata bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan, yang sangat berbahaya."

Sebuah laporan yang dimuat di surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah China mengklaim telah ada 10 kapal perang AS yang transit di Selat Taiwan sejauh ini pada tahun 2020.

Laporan media Taiwan menyatakan USS Mustin telah berlayar di sisi barat "garis tengah" selat, membuatnya lebih dekat ke sisi China.

Armada AS beriringan dengan kapal perang Jepang. (Twitter @USNavy)
Armada AS beriringan dengan kapal perang Jepang. (Twitter @USNavy)


Pakar militer China daratan, Song Zhongping, mengatakan kepada Global Times bahwa peringatan Zhang termasuk yang paling keras yang pernah dikeluarkan oleh China.

Dia lebih lanjut menyarankan jika terjadi kecelakaan yang mengarah pada konflik antara China dan AS di selat, kemungkinan akan meluas ke Laut China Selatan dan Laut China Timur.

Pasukan China akan tetap waspada setiap saat untuk menjaga kedaulatan China dan integritas teritorial, tambahnya.

Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan kapal AS itu sedang dalam "misi biasa" dan melewati Selat Taiwan ke arah selatan.

Pelayaran itu dilakukan sepekan setelah Menteri Kesehatan AS Alex Azar mengunjungi Taiwan, pejabat tertinggi AS yang melakukan perjalanan ke pulau itu sejak Washington memutuskan hubungan diplomatik dengan Taipei dan mendukung Beijing pada 1979.

Perjalanan Azar juga membuat jengkel Beijing, yang menanggapi dengan mengirimkan jet tempur ke dekat Taiwan.

China menganggap Taiwan sebagai masalah domestik murni, dan secara rutin menyebutnya sebagai masalah paling sensitif dan penting dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.

Baca Juga: Adakah Anjuran Untuk Berpuasa Sehari Setelah Puasa Asyura' di Bulan Muharram?

Berbicara bulan lalu, pejabat militer China, Kolonel Senior Ren Guoqiang berbicara setelah kesepakatan senjata AS-Taiwan senilai 493 juta dolar AS  untuk peningkatan rudal Patriot permukaan-ke-udara.

Dia berkata: "Upaya untuk menahan China dengan Taiwan mengganggu urusan dalam negeri China dan merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

"Mereka sepenuhnya salah dan sangat berbahaya.

"AS harus menyadari bahwa China harus dan akan dipersatukan kembali, dan peremajaan besar bangsa China harus dan akan dicapai."

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Angkatan Laut AS mengatakan, "Armada ke-7 AS yang bermarkas di Jepang melakukan operasi angkatan laut yang dikerahkan ke depan untuk mendukung kepentingan nasional AS di wilayah operasi Indo-Pasifik."

"Sebagai armada Angkatan Laut AS dengan jumlah terbesar, Armada ke-7 berinteraksi dengan 35 negara maritim lainnya untuk membangun kemitraan yang mendorong keamanan maritim, meningkatkan stabilitas, dan mencegah konflik."

Kementerian pertahanan Taiwan menambahkan: "Militer mengetahui dan memantau dengan cermat semua aktivitas di laut dan udara di dekat Selat Taiwan melalui gabungan intelijen yang dikumpulkannya."***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x