Gara-Gara Enggak Banyak Orang Ngopi ke Warung, Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Jadi Jeblok

- 28 Agustus 2020, 16:33 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.*
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.* /- Foto : instragram @smindrawati


GALAMEDIA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan salah satu faktor utama pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 terkoreksi 5,32 persen yaitu rendahnya konsumsi masyarakat.

Meski pusat perbelanjaan telah dibuka dan perjalanan tercatat telah menanjak sejak Juni, namun aktivitas masyarakat seperti 'nongkrong' atau 'nongkrongtivitas' masih rendah.

"Konsumsi menurun sangat tajam karena kalangan menengah bawah dalam situasi sangat rapuh. Kalangan menengah atas di rumah tapi masih bisa kegiatan digital, beli online. Tapi tidak mensubstitusi yang biasanya, pergi beli kopi atau nongkrong di warung, itu tidak terjadi," ujarnya lewat video conference, Jumat 28 Agustus 2020.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Hari Ini Bertambah 3.003 Orang, Pengembangan Vaksin 3 Perusahaan China Digejot

Ia mengungkapkan data Google Mobility Indeks (GMI) sejak Juni telah menunjukkan pergerakan yang membaik. GMI Juni tercatat minus 12 dari normal, membaik dari perolehan Mei yaitu minus 24.

Namun, hal tersebut tak lantas menjamin masyarakat melakukan konsumsi atau berbelanja.

Menurutnya, konsumsi masyarakat tak terjadi, ini terbukti dari capaian konsumsi pada kuartal II yang minus 5,51 persen.

Pasalnya, masyarakat menengah ke bawah yang memiliki situasi keuangan rapuh tak dapat melakukan konsumsi. Sementara kalangan menengah ke atas meski masih berbelanja namun tak sekencang normal.

Baca Juga: Derita Sakit Berkepanjangan, Shinzo Abe Disebut Bakal Mundur dari Jabatan Perdana Menteri Jepang

Oleh karena itu, ia menyebut pemerintah akan kian gencar menyalurkan stimulus seperti bantuan sosial (bansos), mau pun bantuan tunai langsung (BLT) kepada 40 persen masyarakat terbawah.

Tak hanya dari sisi konsumsi (permintaan), perangsang juga diberikan dari sisi produksi dengan menyalurkan kredit usaha baru serta stimulus untuk dunia usaha baik UMKM mau pun korporasi.

"Pemerintah memformulasikan kebijakan melihat 2 sisi, permintaan atau konsumsi terutama kelompok rapuh tapi juga memberi confidence (keyakinan) untuk kelompok menengah atas agar mereka bisa mulai melakukan aktivitas dan konsumsi," jelas Ani, sapaan akrabnya.

Namun, itu saja tidak cukup untuk menopang pertumbuhan. Pasalnya, investasi selama pandemi anjlok, minus 8,6 persen selama pada kuartal II 2020.

Baca Juga: Disdik Kota Bandung Sudah SIapkan Infrastruktur Penyaluran Kuota Internet

Maka, untuk mendongkrak pertumbuhan kuartal III dan IV tahun ini, pemerintah sejak Agustus telah mengakselerasi belanja lintas kementerian. Salah satunya, dengan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang memungkinkan.

Kementerian teknis seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Perhubungan disebutnya mendapat mandat untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur yang sempat terhenti pada kuartal II lalu.

Harapannya, permintaan akan tumbuh dari pembangunan infrastruktur tersebut. "Infrastruktur merupakan salah satu indikator menjaga produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur memiliki dua sisi mata pedang, sisi permintaan dan sisi produksi," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x