Presiden Jokowi Akui Indonesia Terjerat Krisis Ekonomi, Minta Para Menteri Gunakan Cara Tak Biasa

- 8 September 2020, 12:10 WIB
Presiden Jokowi
Presiden Jokowi /


GALAMEDIA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui kondisi ekonomi Indonesia saat ini tengah terjerat krisis ekonomi akibat pandemi virus corona (covid-19).

Menurutnya, butuh waktu untuk mengeluarkan dan terlepas dari krisis akibat corona ini.

"Seperti juga kondisi dunia pada umumnya, kita masih butuh waktu untuk lepas dari krisis ini," ucap Jokowi saat acara Kick Off Meeting Pemeriksaan BPK di Istana Negara, Jakarta, Selasa 8 September 2020.

Soalnya penanganan dampak krisis akibat pandemi covid-19 tidak hanya soal meningkatkan perekonomian lagi. Lebih dari itu, pemerintah juga perlu menekan laju penyebaran covid-19 di dalam negeri.

Baca Juga: Bersembunyi di Pedesaan Usai Bepesta di LA, David dan Victoria Beckham Dituding Sebarkan Covid-19

Untuk itu, ia meminta para jajaran menteri agar bisa bekerja lebih keras lagi dan tidak menggunakan sistem kerja dan struktur birokrasi yang lama dan rumit.

Menurutnya, satu hal yang harus dilakukan saat ini adalah melakukan kerja dengan cara-cara yang tidak biasa (extraordinary).

"Pemerintah masih sangat membutuhkan fleksibilitas kerja dan kesederhanaan prosedur agar semua permasalahan bisa ditangani secara cepat dengan tepat sasaran dan efisien. Ini harus dilakukan secara extraordinary, yang tidak seperti biasanya, yang tidak standar, semua harus dilakukan dengan cepat dengan prosedur yang sederhana," katanya.

Baca Juga: Kerajaan Arab Saudi Kembali Menangkap Seorang Ulama dan Pembaca Al-Qur'an Terkenal

Lebih lanjut, kepala negara juga mengingatkan lagi para jajaran menteri agar struktur birokrasi yang terlalu berbelit dihentikan. Khususnya dalam menjalankan program penanganan dampak pandemi covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Bahkan, menurutnya, kondisi krisis ekonomi akibat covid-19 ini merupakan kondisi yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan reformasi birokrasi pelaksanaan program.

"Lakukan dengan cara yang cepat, prosedur yang sederhana, demi keselamatan masyarakat, ini lebih utama daripada prosedur yang berbelit yang kita buat sendiri. Sudah waktunya harus kita rombak, upaya extraordinary harus dilakukan di bidang perekonomian," tuturnya.

Selain itu, ia melihat kondisi krisis juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan lompatan ekonomi. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi nasional bisa lebih tinggi pada tahun-tahun ke depan.

Baca Juga: Islam Bukan Lagi Agama Resmi di Sudan, Pemberontak dan Pemerintah Transisi Sepakat

"Pemerintah sudah berkomitmen bahwa upaya kami tidak hanya terbatas untuk keluar dari krisis tetapi juga memanfaatkan krisis untuk melakukan lompatan," pungkasnya.

Penurunan ekonomi di Indonesia mulai terasa sejak kuartal I 2020. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai kisaran 2,97 persen. Bahkan pada kuartal II, kondisi ekonomi semakin parah, terkontraksi 5,32 persen.

Proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Indonesia cuma bisa tumbuh di kisaran 0 persen sampai minus 2 persen pada kuartal III. Dengan begitu, sinyal resesi semakin nyata.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x