Donald Trump Ngaku Ingin Bunuh Bashar Assad, Amerika Serikat Disebut Tak Ada Bedanya dengan Teroris

- 17 September 2020, 09:06 WIB
Presiden AS Donald Trump
Presiden AS Donald Trump /dok


GALAMEDIA - Pemerintah Suriah menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai negara 'nakal' menyusul pengakuan Presiden Donald Trump terkait rencana pembunuhan Presiden Suriah Bashar Assad.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan langkah tersebut membuktikan bahwa tindakan AS tak ada bedanya dengan cara-cara yang digunakan oleh kelompok teroris.

"Pengakuan Trump atas langkah semacam itu menegaskan bahwa pemerintah AS adalah negara yang nakal," kata Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara SANA, Rabu 16 September 2020.

"Itu taktik yang sama dengan kelompok teroris seperti pembunuhan," katanya seperti dikutip dari AFP.

Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Presiden Suriah Bashar Al Assad.

Sebelumnya dilaporkan Trump sempat berniat membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad, pada 2017, tetapi berhasil dicegah oleh Menteri Pertahanan AS saat itu, James 'Jim' Norman Mattis.

"Saya lebih suka menyingkirkannya. Saya sudah menyiapkannya," kata Trump saat diwawancara dalam program berita pagi, Fox and Friends, di stasiun televisi Fox News.

Trump dilaporkan mempertimbangkan untuk membunuh Assad setelah Presiden Suriah itu melakukan serangan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil pada April 2017.

Baca Juga: Akui Kalah Kuat dari China, Amerika Serikat Klaim Mampu Unggul Setelah 25 Tahun ke Depan

Namun, pernyataan Trump kepada Fox & Friends bertentangan dengan komentar sebelumnya kepada wartawan di kantor Oval pada 5 September 2018. Saat itu dia mengatakan bahwa membunuh Assad bahkan tidak pernah dipertimbangkan.

Dalam buku yang ditulis jurnalis surat kabar The Washington Post, Bob Woodward, Trump menuturkan pasukan AS harus masuk dan "membunuh" Assad. Hal itu dibantah oleh Trump.

Woodward juga menulis bahwa Mattis mengatakan kepada Trump dia akan "melakukannya dengan benar", tapi kemudian Mattis memilih rencana serangan udara yang lebih terbatas.

Baca Juga: WTO Umumkan Perang Dagang AS-China Menyebabkan Donald Trump Babak Belur Dihajar Xi Jinping

Pernyataan Trump muncul sebagai bagian dari hukuman terhadap Mattis. Padahal, sebelumnya Trump sempat memujinya sebagai "orang hebat" ketika dipekerjakan di Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon.

PRESIDEN AS Donald Trump bersama mantan Menteri Pertahanan James Mattis di Ruang Kabinet di Gedung Putih di Washington.
PRESIDEN AS Donald Trump bersama mantan Menteri Pertahanan James Mattis di Ruang Kabinet di Gedung Putih di Washington. /Leah Millis/REUTERS

Mattis akhirnya mengundurkan diri pada akhir 2018 karena menyatakan tidak sepakat dengan sejumlah kebijakan Trump.

Assad memerintah Suriah selama perang saudara yang terjadi bertahun-tahun dan menyebabkan kehancuran, serta merenggut ratusan ribu nyawa. Setelah sembilan tahun perang, pemerintah Assad menguasai sekitar 70 persen Suriah.

Pemerintahan Assad dituduh melakukan serangkaian kejahatan kemanusiaan termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan penggunaan senjata kimia.

Konflik yang meletus sejak 2011 itu menewaskan sedikitnya 380 ribu orang dan menyebabkan sekitar setengah dari populasi Suriah mengungsi.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x