GALAMEDIA - Seperti apa wajah manusia ribuan tahun lalu? Pertanyaan ini terjawab berkat foto kuno yang ditemukan terpaku pada peti mati balita yang meninggal antara 50 SM dan 100 M di Mesir.
Dengan menggunakan pemindai CT, tim secara virtual mereka ulang konstruksi tengkorak. Hasilnya adalah seraut wajah tiga dimensi yang 'kembali hidup' dari ribuan tahun lalu.
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (22 September 2020) hasil rekonstruksi wajah ini cukup akurat. Namun peneliti mengakui wajah balita berusia tiga atau empat tahun ini terlihat lebih tua.
Perbedaan lainnya termasuk lebar hidung dan ukuran bukaan mulut yang lebih ramping dan sempit. Foto atau lukisan pada mumi merupakan praktik umum di kalangan orang-orang Mesir pada masa Yunani-Romawi.
Laporan LiveScience, foto ditempatkan di atas wajah yang dibalsem sesuai tradisi Romawi. Sedangkan bagian tubuh lainnya dibalut kain linen seperti biasa dilakukan dalam ritual penguburan tradisional Mesir kuno.
Publikasi PLOS ONE, lebih dari 1.000 foto mumi ditemukan sejak temuan pertama tahun 1887.
Baca Juga: Selain Memudahkan Meraih Cita-cita, Ini Keutamaan Lain Berdzikir
Foto bocah dalam reka ulang kali ini ditemukan tahun 1880-an di pemakaman dekat piramida Hawara dekat Fayum yang di periode Romawi terkenal memiliki banyak pemukiman dan pekuburan.
Balita laki-laki berambut keriting yang dihidupkan kembali ini bermata cokelat dengan hidung panjang dan mulut tipis. Si bocah juga mengenakan medali.
Di Museum Mesir di Munich, tempat mumi berada, pemindai CT digunakan untuk membuat gambar digital tengkorak yang memastikan usia saat meninggal dengan analisis tulang dan gigi serta penyebab kematian.
Ketua peneliti Andreas Nerlich yang juga Direktur Institut Patologi di Klinik Akademik Munich-Bogenhausen Jerman kepada Live Science menyebut, diduga balita dimaksud meninggal karena pneumonia.
Ini dibuktikan dengan ditemukannya residu pada jaringan paru-paru yang terkondensasi. Nerlich dan tim peneliti memulai rekonstruksi dari diameter rata-rata bola mata sesuai usia.
“Hidung direkonstruksi dengan metode Lebedinskaya, di mana aperture piriform diproyeksikan secara eksternal.” Peneliti menggunakan posisi gigi taring untuk menentukan lebar bukaan hidung.
Baca Juga: Keras, Habib Rizieq Protes Jokowi: Gelar Pilkada Bukti Kegilaan Rezim!
Nerlich mencatat sebagian besar rekonstruksi dilakukan berdasarkan tengkorak dan gigi untuk mengisi pigmen, warna mata dan rambut.
Wajah sangat mirip karena dimensi dahi, garis mata, dan jarak dari hidung ke mulut persis sama. Last but not least, Nerlich yakin potret dibuat sesaat sebelum atau setelah kematian.***