Menakjubkan, Reka Ulang Peneliti Jerman Hidupkan Kembali Balita yang Mati Ribuan Tahun Lalu

- 22 September 2020, 14:13 WIB
galamedianews.com
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIA - Seperti apa wajah manusia ribuan tahun lalu? Pertanyaan ini terjawab berkat foto kuno yang ditemukan terpaku pada peti mati balita yang meninggal antara 50 SM dan 100 M di Mesir.

Dengan menggunakan pemindai CT, tim secara virtual mereka ulang konstruksi tengkorak. Hasilnya adalah seraut  wajah tiga dimensi yang 'kembali hidup' dari ribuan tahun lalu.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (22 September 2020) hasil rekonstruksi wajah ini cukup akurat. Namun peneliti mengakui wajah balita  berusia tiga atau empat tahun ini terlihat lebih tua.

Perbedaan lainnya termasuk lebar hidung dan ukuran bukaan mulut yang lebih ramping dan sempit. Foto atau lukisan pada mumi merupakan praktik umum di kalangan  orang-orang Mesir pada masa Yunani-Romawi.

Laporan LiveScience, foto ditempatkan di atas wajah yang dibalsem sesuai tradisi Romawi. Sedangkan bagian tubuh lainnya dibalut kain linen seperti biasa dilakukan dalam ritual penguburan tradisional Mesir kuno.

Publikasi PLOS ONE, lebih dari 1.000 foto  mumi ditemukan sejak temuan pertama tahun 1887.

Baca Juga: Selain Memudahkan Meraih Cita-cita, Ini Keutamaan Lain Berdzikir

Foto bocah dalam reka ulang kali ini ditemukan tahun 1880-an di pemakaman dekat piramida Hawara dekat Fayum yang di periode Romawi terkenal memiliki banyak pemukiman dan pekuburan.

Balita laki-laki berambut keriting yang dihidupkan kembali ini bermata cokelat dengan hidung panjang dan mulut tipis. Si bocah juga mengenakan  medali.

Di Museum Mesir di Munich, tempat mumi berada, pemindai CT digunakan untuk membuat gambar digital tengkorak yang memastikan usia saat meninggal dengan analisis tulang dan gigi serta penyebab kematian.

Ketua peneliti Andreas Nerlich  yang juga Direktur Institut Patologi di Klinik Akademik Munich-Bogenhausen Jerman kepada Live Science menyebut, diduga balita dimaksud meninggal karena pneumonia.

Ini dibuktikan  dengan ditemukannya  residu pada jaringan paru-paru yang terkondensasi. Nerlich dan tim peneliti memulai rekonstruksi dari  diameter rata-rata bola mata sesuai usia.

“Hidung direkonstruksi dengan  metode Lebedinskaya, di mana aperture piriform diproyeksikan secara eksternal.” Peneliti menggunakan posisi gigi taring untuk menentukan lebar bukaan hidung.

Baca Juga: Keras, Habib Rizieq Protes Jokowi: Gelar Pilkada Bukti Kegilaan Rezim!

Nerlich mencatat sebagian besar rekonstruksi dilakukan berdasarkan tengkorak dan gigi untuk mengisi pigmen, warna mata dan rambut.

Wajah sangat mirip karena dimensi dahi, garis mata, dan jarak dari hidung ke mulut persis sama. Last but not least, Nerlich yakin potret dibuat sesaat sebelum atau setelah kematian.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x