Sejumlah Pesantren dan Madrasah di Garut Keluhkan Adanya Pungutan Oleh Kemenag

- 23 September 2020, 21:23 WIB
 MDS Rijalul Ansor jelang Ramadan makan bareng di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Musri Katomas, Pagaden, Subang.
MDS Rijalul Ansor jelang Ramadan makan bareng di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Musri Katomas, Pagaden, Subang. /

“Potongannya 50 persen. Kita dapat bantuan BOP madrasahdiniyah yang besarnya Rp 10 juta,” katanya.

Yasin menuturkan, sebetulnya bantuan tersebut dicairkan langsung oleh pihak pesantren, melalui kepala dan bendahara pesantren ke bank yang ditunjuk. Namun setelah dicairkan, terang Yasin, bantuan tersebut setengahnya langsung diberikan kepada seseorang yang mengaku koordinator partai politik tertentu.

Baca Juga: Ilmuwan Klaim Temukan Jejak Kaki Manusia Arab Pertama

“Alasannya karena katanya mereka yang mengusungnya. Padahal kan prosesnya tidak seperti itu. Bila kami tidak memberi, mereka memberikan ancaman. Karena kami kurang paham, jadinya ya diberikan saja,” ujarnya.

Yasin mengungkapkan, selain madrasahnya, tidak sedikit juga madrasah diniyyah yang lain dipotong dengan besaran yang sama. Bahkan menurutnya, ada juga yang tidak mengajukan tapi dapat bantuan namun dicairkan oleh orang lain.

"Ada juga yang datang ke bank sambil membawa SK untuk mencairkan, tapi ternyata sudah ada yang mencairkan duluan. Benar-benar aneh tapi nyata,” ucapnya.

Baca Juga: Sah, KPU Kabupaten Tasikmalaya Tetapkan Empat Paslon Maiu di Pilkada Serentak

Sementara itu, Kosim (42), salah seorang pengurus pesantren anak yatim mengaku bahwa pihaknya tidak merasa mengajukan bantuan, tetap mendapatkan sebesar Rp 25 juta. Dari jumlah tersebut, kemudian dipotong 50 persen.

“Ini kita tidak tahu dapat bantuan, tiba-tiba sudah dicairkan dan diberikan saja yang 50 persennya ke kita,” katanya. (Agus Somantri)

 

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x