Ramos Horta Sebut BUMN Indonesia Bunuh Sektor Swasta Timor Leste , KBRI Dili Geregetan

- 25 September 2020, 18:38 WIB
Ladang gas bumi dan minyak di celah Timor
Ladang gas bumi dan minyak di celah Timor /

GALAMEDIA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili mengeluarkan pernyataan tegas terkait tulisan mantan Presiden Timor Leste Ramos Horta di laman media lokal Timor Leste, The Oekusi Post. KBRI menyatakan tulisan itu bias, miss-leading, tidak benar adanya, dan tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Tulisan berjudul Banks in Timor Leste itu beberapa waktu lalu dikutip oleh beberapa media di Indonesia, lantaran pernyataan Ramos Horta yang menyudutkan BUMN Indonesia, yakni BRI dan Bank Mandiri.

Ramos Horta menyebut, kedua bank pelat merah itu mematok bunga pinjaman rata-rata mencapai 16% atau lebih. BRI dan Mandiri, kata Ramos Horta, menjadi pembunuh sektor swasta di Timor Leste, dan menghambat pembangunan serta pertumbuhan ekonomi di Timor Leste.

"Bank Mandiri Timor-Leste memberikan suku bunga yang sangat kompetitif yaitu untuk usaha produktif atau komersial dengan suku bunga 8-11% dan personal loan 9-11%, di bawah suku bunga pasar yang berkisar antara 11-14%. Bank Rakyat Indonesia (JK:) Timor Leste yang berdiri pada 14 Maret 2017 juga memberikan suku bunga yang kompetitif yaitu sebesar 12%," ungkap KBRI Dili dalam keterangan resmi, Jumat 25 September 2020.

Baca Juga: PKPU Berpotensi Digugat ke MA, DPR RI Tuntut Presiden Jokowi Terbitkan Perppu

Kedua bank BUMN tersebut selalu berpedoman kepada seluruh ketentuan yang telah ditetapkan oleh regulator, yaitu Banco Central de Timor Leste (BCTL).

Bukan hanya itu, dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembukaan lapangan pekerjaan di Timor Leste, Bank Mandiri Dili telah mempekerjakan 90 orang pegawai yang berasal dari Timor Leste dan hanya enam orang pegawai dari Indonesia.

Sementara BRI Timor Leste mempekerjakan 42 orang pegawai yang berasal dari Timor Leste dan hanya 21 orang pegawai dari Indonesia.

"Bank Mandiri dan BRI juga serta secara berkesinambungan memberikan pelatihan perbankan kepada para pegawai tersebut," papar KBRI Dili.

Baca Juga: Arief Puyuono Dukung Gatot Nurmantyo Maju di Pilpres 2024, Benarkah?

Sebagai negara tetangga terdekat, Timor Leste merupakan salah satu mitra penting dalam kerja sama perdagangan dan investasi bagi Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Trade Invest, Timor Leste, disebutkan bahwa Indonesia menduduki posisi top 5 Investment Country Lists in Timor Leste.

Timor Leste juga merupakan salah satu tujuan investasi bagi BUMN dan perusahaan swasta Indonesia. BUMN Indonesia yang ada di Timor Leste, antara Iain Telkomsel; PT BRI Timor Leste; PT Bank Mandiri Timor Leste; dan PT Pertamina Internasional Timor, SA.

Sementara, pemain swasta Indonesia yang ada di Timor Leste, seperti antara lain Sinar Mas Insurance, PT Meratus Lines, PT Wartlisa Indonesia, dan sebagainya.

Baca Juga: Perusahaan Biofarmasi asal China Siap Distribusikan Vaksin Covid-19

Selain itu, juga hadir BUMN Indonesia yang bergerak dalam bidang infrastruktur seperti PT Waskita Karya (JK:), PT Wijaya Karya (JK:), PT Hutama Karya, PT Adhi Karya (JK:), PT PP, dan PT Brantas Abipraya, dan swasta dari Indonesia yang juga turut membantu pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan jembatan, jalan, bandara, gedung kantor, dan pembangkit listrik di Timor Leste.

"Kehadiran BUMN dan BUMS Indonesia di Timor Leste telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur, menciptakan lapangan kerja bagi warga negara Timor Leste serta peningkatan kualitas sumber daya manusia," tandas pihak KBRI Dili.

Sementara menurut laporan media Rnz berbasis di Selandia Baru, negara tersebut berisiko mengalami keruntuhan ekonomi, setelah beberapa tahun berdiri.

Timor Leste awalnya adalah daerah bekas jajahan Portugis, kemudian dianeksasai Indonesia selama 24 tahun.

Namun, negara itu ngotot ingin merdeka sehingga melakukan aksi pemberontakan dan berakhir dengan intervensi senjata. Timor Leste berperang sengit dengan Indonesia, dibantu Australia dan Selandia Baru.

Baca Juga: Tegaskan Bukan Demi Sule, Nathalie Holscher Beberkan Soal Mimpi yang Mendorongnya Masuk Islam

Namun, sejak merdeka negara itu dikatakan tidak pernah memiliki status ekonomi yang layak sebagai sebuah negara.

Negara itu hanya bergantung pada kopi yang mereka tanam dan sumber pendapatan terbesar berasal dari ladang minyak Bayu-Undan dan Kitan.

Perusahaan minyak itu melakukan pengeboran di ladang minyak tersebut, lalu mebayar royalti kepada pemerintah Timor Leste. Lalu, uang tersebut masuk ke dana minyak khusus.

Namun, dokumen Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru, menunjukkan dana ini sangat berbahaya.

Ladang minyak Timor Leste memiliki sumber daya yang makin menipis, dan membuat perusahaan minyak itu juga mengurangi bayaran royalti.

Selain itu, pemerintah Timor Leste dinilai jor-joran dalam membelanjakan uang tersebut, daripada dana yang dihasilkan dari royalti tersebut.

Baca Juga: Vladimir Putin Bakal Bersaing dengan Donald Trump untuk Memperebutkan Hadiah Nobel Perdamaian

"Lebih dari 75 persen sumber daya di ladang Bayu-Undan dan Kitan telah habis," kata dokumen kementerian itu.

"Sejak 2012, pendapatan minyak dan gas menurun, tahun 2014 pendapatan minyak dan gas memberikan 40 persen lebih rendah kepada Timor Leste dibandingkan 2013," katanya.

"Pada tahun 2014, dana minyak bumi itu menyumbang 93 persen dari total pendapatan negara, tetapi pemerintah membelanjakan dua kali pendapatan sebenarnya dari dana tersebut setiap tahun sejak 2008," jelasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x