Tak Ada Keseruan dalam Isi, Rocky Gerung Sebut Penyusun Naskah Pidato Presiden Takut Jokowi Dibully

- 26 September 2020, 08:05 WIB
Rocky Gerung.(YouTube)
Rocky Gerung.(YouTube) /

GALAMEDIA - Pengamat Politik Rocky Gerung menyatakan ada perbedaan mencolok antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan pidato di sidang umum majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Rocky Gerung menganggap apa yang disampaikan Jokowi tidak menyatu dengan bahasa tubuhnya. Berbeda dengan SBY, apa yang disampaikannya, kalimat dan keseriusannya menyatu dengan bahasa tubuhnya.

“Presiden SBY biasa dengan keseriusan, kalimatnya dia pilih sendiri, pidatonya yang pasti dia tulis sendiri, dan itu menyatu dengan bahasa tubuhnya."

Baca Juga: Soal Potensi Tsunami 20 Meter, BMKG Beberkan Penjelasannya

"Presiden Jokowi tidak menyatu dengan bahasa tubuhnya. Jadi tekanannya engga terlihat, apalagi kalau dibandingkan dengan Bung Karno setiap kata itu dimaksudkan terarah gitu,”  ujarnya pada channel YouTube Rocky Gerung Official, Jumat 25 September 2020.

Menurutnya, apa yang disampaikan Jokowi tidak lebih dari sekedar melaporkan satu keadaan. Menurut dosen filsafat ini, tidak ada yang istimewa dengan pidato Jokowi. Sebab Jokowi tidak singgung soal perubahan peta politik di Timur Tengah.

“Presiden engga singgung soal China Selatan, Presiden enggak singgung soal perubahan politik di Timur Tengah karena Israel berdamai dengan Arab, lalu merubah peta politik segala macam itu, dan itu sebenarnya yang ingin dilihat orang."

"Presiden sebeneranya dalam pidato itu melaporkan keadaan, lalu ditambahin bumbu sejarah Asia-Afrika, Palestina yang sebenarnya itu sudah menjadi fakta,” celetuknya.

Rocky menganggap, Jokowi tidak punya pengetahuan yang memadai tentang politik global. “Jadi engga terlihat bahwa beliau punya pengetahuan tentang global poltik,” ujar Rocky.

Baca Juga: Ketetapan Pajak 0 Persen Mobil Digantung Pemerintah, Industri Otomotif Kian Terganggu

Rocky bilang, Jokowi seharusnya memaparkan soal perubahan catur politik Timur Tengah yang mana Negara-nagara Arab memilih berdamai dengan Israel untuk kepentingan akses persenjataan dari Amerika Serikat.

“Yang begituan semestinya menjadi poin dalam upaya untuk memberi warna pada poltik dunia melalui prespektif Indonesia. Kalau hanya bicara hal yang biasa ya apa poinnya,” Katanya.

“Jadi kelihatan bahwa Presiden enggak paham, dan yang siapin pidato juga tidak mau untuk yang lebih tinggi karena bisa jandi konsekwensi kalau Presiden bicara hal-hal yang terlalu strategis dan politik, dia bisa di-bully, karena akan diminta proxinya mana tuh,” pungkasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x