GALAMEDIANEWS – Kenaikan harga beras sejak pertengahan Februari 2024 lalu, diikuti dengan kenaikan harga pokok lainnya berimbas negatif pada perekonomian masyarakat pada umumnya.
Kelangkaan pasokan beras kemasan di pasaran, dan melonjaknya harga beras eceran pun sangat diresahkan warga, terutama pelaku usaha kuliner.
Hasanudin, pemilik UKM (Usaha Kecil Menengah) Nasi Timbel ‘Luxor’ di Jalan Kebonjati Bandung juga menyampaikan hal yang sama. Harga beras yang melambung tinggi sangat berpengaruh pada omset penjualan makanan pada warung nasinya.
Baca Juga: Barcelona Mulai PDKT dengan Mason Greenwood ditengah Masa Depannya di Manchester United Belum Jelas
Ditemui Galamedia di tenda miliknya, Hasanudin mengatakan harga beras saat ini naik mencapai lima ribu rupiah per kilogramnya, tentu hal ini sangat memberatkan bagi usahanya. Dirinya mengaku cukup bingung untuk mensiasati agar usahanya bisa bertahan dan tidak mengalami kerugian.
“Terus terang saya tidak bisa menaikkan harga jual nasi per bungkusnya, tidak tega” ujarnya. “Karena mayoritas pembeli di sini adalah pekerja kantoran serta pegawai toko dan Rumah Sakit, kasihan kalau harga dinaikkan” katanya menambahkan.
Hasanudin mencoba mengakalinya dengan subsidi silang dari keuntungan penjualan lauk pauk lainnya, seperti daging ayam, tahu, tempe dan sayuran.
Hal ini dilakukan untuk menyiasati agar biaya operasional warung nasinya tetap stabil, walau dengan keuntungan yang kecil. Meskipun harus membeli beras dengan harga yang cukup tinggi, namun dengan rasa empati yang dia rasakan untuk para pelanggannya, maka dirinya tidak tega untuk menaikkan harga nasi liwet per porsinya.