Program Citarum Harum: Tingkat Pencemaran Sungai Citarum Turun Drastis

- 29 September 2020, 13:31 WIB
Seorang warga Kabupaten Bandung tengah mencair ikan di Sungai Citarum.
Seorang warga Kabupaten Bandung tengah mencair ikan di Sungai Citarum. /Galamedia/


GALAMEDIA - Tingkat pencemaran air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hingga saat ini terus mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi seiring dengan terus digalakkannya program Citarum Harum yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtias mengatakan, semenjak perpres tersebut disahkan dan program Citarum Harum berjalan, berbagai upaya pengendalian kerusakan sungai telah berjalan secara efektif.

Setidaknya ada 13 program yang menjadi fokus pekerjaan untuk menyelesaikan sengkarut pencemaran DAS Citarum dari hulu ke hilir.

"Kita sudah membuat rencana aksinya, dan itu didasari dari kondisi Sungai Citarum di awal yang masih sangat kotor. Semua rencana aksi sudah dilaksanakan di 2019 dan tahun ini," ungkapnya di Bandung, Senin 28 September 2020.

Sejumlah program yang telah dan masih terus terlaksana tersebut, ia mengatakan, meliputi penanganan lahan kritis, penanganan limbah industri, penanganan limbah peternakan, penanganan air limbah domestik, pengelolaan sampah hingga penataan keramba jaring apung.

Warga tengah menaiki perahu di Sungai Citarum.
Warga tengah menaiki perahu di Sungai Citarum.

Dilakukan pula pengendalian pemanfaatan ruang, penegakan hukum, pemantauan kualitas air, pengelolaan Sumber Daya Air, hingga edukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan penerapan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS).

"Hasilnya, walaupun di 2020 ada refocusing anggaran besar-besaran karena Covid-19, sudah ada perkembangan secara signifikan. Bagaimana penanganan sedimentasi, erosi hingga normalisasi sungai sudah dilakukan. Juga edukasi masyarakat terkait pembuangan sampah dan Keramba Jaring Apung (KJA)," ungkapnya.

"Bila dilihat dari online monitoring system yang kita miliki, kondisi Sungai Citarum saat ini sudah mengalami banyak peningkatan termasuk dari aspek kualitas airnya. Hal ini juga dipengaruhi Covid-19 yang banyak membuat aktivitas industri terhenti," ujarnya.

Prima menyebutkan, peningkatan tersebut salah satunya tercermin dari sejumlah parameter kualitas air yang telah memenuhi baku mutu. Beberapa parameter kualitas air sebagaimana yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup RI tentang baku mutu air telah dipenuhi oleh air Sungai Citarum.

"Hal ini menunjukan adanya perbaikan yang sangat berarti. Dalam beberapa parameter telah memenuhi baku mutu, dalam artian sudah sesuai ketentuan. Walaupun masih ada pencemaran, kondisi saat ini sudah masuk ke dalam cemar ringan," ungkap Prima.

Hal tersebut berbeda dengan kondisi Sungai Citarum dalam hampir satu dekade ke belakang, dimana predikat salah satu tempat terkotor di dunia sempat disematkan.
Saat ini, sungai yang mengairi puluhan juta orang di 13 kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali tersebut perlahan berprogres menuju kondisi yang lebih baik.

Prima menuturkan, parameter Chemical Oxygen Demand (COD) yang menunjukan angka pencemaran industri menunjukan adanya penurunan yang cukup signifikan di 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hal ini tercermin dari data yang didapat di sejumlah daerah lintasan Sungai Citarum kawasan industri seperti Cisirung dan Nanjung, Kabupaten Bandung.

"COD tahun ini jauh menurun, nilainya sudah tidak jauh berbeda dari standar baku mutu," ungkapnya.

Hal serupa juga terjadi di level pencemaran yang dihasilkan oleh limbah domestik atau Biological Oxygen Demand (BOD).

Sungai Citarum.
Sungai Citarum.

Data DLH Jabar menunjukan adanya penurunan pencemaran Sungai Citarum dari limbah domestik dari 2019 ke 2020. Selain itu, tingkat erosi juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun lalu. Hal ini terukur dalam Total Suspended Solid (TSS).

"TSS tahun ini turun banget dibanding tahun lalu, karena penanganan di atas (hulu sungai) juga cukup efektif. Mulai dari penataan infrastruktur, kegiatan pengerukan sedimen hingga terasering di pinggir kiri kanan sungai," ungkapnya.

Meski demikian, Prima mengingatkan adanya kondisi yang masih harus dibenahi yakni terkait pencemaran air sungai akibat limbah feses. Limbah ini diperoleh dari limbah kotoran hewan maupun manusia.

"Yang masih cukup tinggi adalah total bakteri E.Coli yang berasal dari limbah hewan ternak dan manusia. Angkanya menurun bila dibandingkan dengan sebelum 2020, tapi masih relatif tinggi. Hal ini menunjukan sanitasi masih harus menjadi perhatian," ungkapnya.

Belum 100%, Tapi Citarum Memiliki Progres Positif

Dua tahun setelah program Citarum Harum dicanangkan, kondisinya semakin membaik walaupun belum 100% selesai. Pelbagai sumber pencemaran satu-persatu dibereskan oleh Satgas Citarum Harum.

Secara kasat mata, pencemaran di sungai Citarum mulai membaik jika dibandingkan dengan beberapa tahun silam yang sampai mendapat predikat sungai dengan tingkat pencemaran tinggi.

Musim kemarau seperti sekarang merupakan waktu yang tepat untuk melihat progres penyelesaian pencemaran lingkungan di sepanjang bantaran Citarum.

Saat seperti sekarang, air sedang surut sehingga bisa terlihat ada progres yang positif hasil kerja seluruh pihak untuk mengembalikan Citarum sebagai sungai yang bersih.

"Pada 2018 bisa kita lihat, air Citarum saat airnya sedang berkurang seperti sekarang, kondisinya bau menyengat, banyak sampah. Sekarang bau sudah tidak ada, sampah juga jauh berkurang," tutur Dan Sektor 7 Satgas Citarum Harum Kolonel Purwadi, Senin 28 September.

Bukan hal yang dibesar-besarkan, memang hal tersebut terlihat di bantaran Sungai Citarum khususnya sektor 7. Saat musim kemarau seperti sekarang, biasanya sampah terlihat mengambang di atas aliran sungai, bahkan di tepi sungai pun biasanya terlihat sampah yang menumpuk.

Namun kondisi tersebut tidak terlihat, pinggiran sungai bahkan bersih dari rerumputan liar karena rutin dibersihkan oleh masyarakat maupun petugas.

Kolonel Purwadi mengakui saat permukaan air sedang dangkal masih terlihat hitam. Namun warna tersebut bukan warna air, melainkan dasar sungai yang berwarna pekat akibat sedimentasi selama puluhan tahun.

"Hitam itu karena dasar sungainya memang hitam, airnya tidak hitam sebenarnya," katanya.

 

Namun yang terpenting, kualitas air jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Untuk menjaga kualitas air tetap terjaga, Satgas Citarum Harum terus melakukan patroli di sepanjang bantaran sungai, membersihkan sampah menjadi kegiatan rutin sehari-hari.

Patroli industri juga terus dilakukan, pabrik yang bandel membuang limbah ke sungai langsung ditindak. Purwadi mencontohkan, tiga pekan lalu pihaknya menutup saluran limbah tiga pabrik di wilayahnya karena kedapatan membuang limbah secara langsung ke sungai.

"Sekarang sudah tahun ketiga, waktunya penindakan. Bukan lagi pembinaan, jika ada industri yang membuang limbah tanpa dilakukan pengolahan IPAL, kami langsung tindak," tegasnya.

Dengan ketegasan, pabrik pembuang limbah bisa jauh berkurang sehingga mampu mengurangi beban pencemaran di Sungai Citarum.

Namun pabrik bukan satu-satunya penyumbang pencemaran, limbah rumah tangga juga memiliki kontribusi pencemaran sehingga dibutuhkan edukasi masyarakat agar tidak membuang limbah rumah tangganya secara langsung ke sungai.(Diskominfo Jabar)***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x