Heboh Video Air Laut Pantai Jepara Surut, BPBD Keluarkan Imbauan

- 30 September 2020, 08:58 WIB
Heboh air laut Pantai Benteng Portugios Jepara surut.
Heboh air laut Pantai Benteng Portugios Jepara surut. /YouTube/



GALAMEDIA - Masyarakat di tanah air dihebohkan soal gempa disertai tsunami hingga mencapai 20 meter menyusul rilis hasil penelitian ITB baru-baru ini.

Sehubungan hal itu, kini beredar video air laut di Pantai Benteng Portugis, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah surut jauh mirip tanda-tanda sebelum terjadi tsunami, viral di media sosial.

Dalam video berdurasi 15 detik itu, kondisi air laut Pantai Benteng Portugis Jepara surut hingga tampak hamparan pasir berwarna cokelat. Pulau Mandalika yang berada di tengah laut pun terlihat jelas.

Baca Juga: Heboh Gunung Krakatau Meletus dan Gempa Magnitudo 8, Pemprov Banten Rilis Keterangan Resmi

Rekaman video tersebut dibagikan dalam aplikasi TikTok. Seorang pria yang menunjukkan kondisi pantai sedang surut pada Senin 28 September 2020, kemarin.

"Wis angel-angel, pol tengah iki. Piye jalan-jalan rene wisata anyar bro. Sedelek engkas tekan Mandalika. Ora suwe," ujarnya.

 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara mengimbau masyarakat tidak perlu panik terhadap sebuah video viral yang menyebutkan air surut di Benteng Portugis.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar), Kusmiyanto mengatakan, video yang beredar itu merupakan kondisi air laut sedang surut.

Berdasarkan informasi masyarakat sekitar, air surut bisa lebih jauh dari daratan saat musim kemarau.

Baca Juga: Dipercaya Sebagai Pertanda Gempa dan Tsunami, Mahluk Ini Memiliki Kebiasaan Bunuh Diri

"Informasi masyarakat sekitar memang saat musim kemarau di sana air surut yang terjadi lebih jauh dari biasanya," kata dia.

‎Namun dia memastikan, air surut yang terjadi sampai ke Pulau Mandalika adalah berita bohong atau hoaks.

"Nggak benar sampai Pulau Mandalika, karena sampai sana itu airnya sudah dalam," jelas dia.

Dia juga sudah menerjunkan relawan untuk mengecek lokasi dan tidak menemukan kejadian pada hari Selasa 29 September 2020 kemarin.

Baca Juga: Istana Gagal Jegal KAMI, Rocky Gerung: Bakal Berhasil Jika Ada Politik Moral

Hasilnya tidak ada kejadian seperti dalam video, sehingga diduga gambar bergerak itu diambil tidak dalam waktu yang sama.

"Entah itu video direkam kapan, yang jelas tidak dalam waktu yang sama. Karena setelah dicek teman tidak terjadi apa-apa," ujar dia.

Warga masyarakat diimbau tidak perlu panik, karena pihaknya sudah mengkonfirmasi kejadian itu ke Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak ada potensi bencana tsunami.

Hal itu terpantau dari alat sensor gempa yang dipasang di Pulau Mandalika untuk mendeteksi potensi tsunami.

"Ada alat yang terpasang di Pulau Mandalika menunjukkan tidak ada gempa yang berpotensi tsunami. Sehingga masyarakat tidak perlu panik," ujar dia.

Kajian ITB

Ada potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa menurut hasil riset para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pada pekan lalu.

Riset ini menurut salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan, menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti.

Sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa selama ini tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.

"Pascagempa 2004 di Aceh, beberapa peneliti melakukan pengambilan sampel, atau yang dikenal dengan paleoseismologi, untuk mengetahui sejarah gempa besar di masa lalu di kawasan tersebut," ungkap Endra akhir pekan lalu.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gempa besar yang di Aceh pada tahun 2004 lalu, pernah terjadi 600 tahun yang lalu.

Sedangkan di Jawa, dokumentasi tentang sejarah gempa besar tidak terdokumentasi dan tidak diketahui.

Riset yang dimulai sejak 5 tahun tersebut, mengusulkan pemodelan potensi bencana gempa bumi di zona subduksi di sepanjang selatan Jawa berbasis analisis multi-hazard dan multi-data untuk pengurangan risiko atau mitigasi bencana.

Terkait potensi tsunami dan gempa besar di selatan Jawa, Endra menjelaskan hasil riset itu berasal dari analisis data GPS dan data gempa yang terekam.

"Catatan gempa besar di pulau Jawa tidak terdokumentasikan, oleh karenanya, kami menggunakan GPS untuk mendeteksi potensi gempa yang dapat terjadi," ungkap Endra.

Berdasarkan data GPS menunjukkan adanya zona sepi gempa. Artinya, bisa jadi zona itu mungkin hanya terjadi pergerakan pelan-pelan, sehingga gempa tidak terjadi, atau sebaliknya terjadi locking, daerah itu terkunci sehingga tidak dapat bergerak.

"Karena gempa itu siklus, maka ada saatnya di mana di wilayah itu ada pengumpulan energi, lalu akan melepaskan saat gempa," ungkap Endra.

Berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi ini, menyatakan ternyata wilayah Jawa bagian selatan ada potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.


Baca Juga: BPJS Kesehatan Cimahi Kenalkan Berbagai Kanal Layanan Tanpa Tatap Muka Ke Masyarakat

Endra mengatakan kalau seandainya wilayah-wilayah tersebut terjadi gempa dalam waktu bersamaan, maka worst case menunjukkan akan adanya potensi gempa hingga M 9,1.

"Kemudian dari informasi tersebut, kami modelkan potensi tsunaminya, dan muncullah (potensi tsunami) 20 meter di Jawa bagian barat, dan 10 meter di Jawa bagian tengah dan timur," ungkap dosen Teknis Geofisika ITB ini.

Potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi, dan untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di provinsi DIY.

"Namun, perlu diingat gelombang tsunami yang akan terjadi, tergantung pada topografi dari tempat yang bersangkutan," jelas Endra.

Riset ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengurangi potensi bencana atau upaya mitigasi yang dapat dipersiapkan. Sebab, Endra menegaskan bahwa dalam studi ini tidak bicara tentang prediksi kapan gempa besar itu akan terjadi.

Endra menegaskan sains atau peneliti manapun hingga saat ini tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi waktu terjadinya gempa bumi tersebut.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Keamanan Akun ShopeePay, Simak Caranya

Perlu diketahui bahwa jalur gempa atau sumber gempa dapat diketahui dari sejarah kegempaan.

Seperti diketahui ada beberapa daerah yang berpotensi gempa dari barat Aceh, Nias, Bengkulu, Mentawai dan jalur itu, kata Endra, menerus ke selatan Jawa.

"Itu adalah jalur yang memang berpotensi terjadi gempa bumi, tetapi kita harus pahami bahwa di sepanjang jalur tersebut kita tidak tahu kapan akan terjadi gempa," ungkap Endra.

Berdasarkan data gempa bumi yang terekam dari BMKG, dikolaborasikan dengan data analisis GPS dan simulasi tsunami dalam studi Prof. Ir. Sri Widyantoro, serta data pendukung lainnya, riset ini menghasilkan laut selatan Jawa memiliki potensi tsunami dan gempa besar.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x