Buntut G30S PKI Soekarno Serahkan Supersemar ke Soeharto, Fadli Zon: Itu Fakta Sejarah

- 1 Oktober 2020, 09:47 WIB
Fadli Zon.
Fadli Zon. /YouTube/Fadli Zon


GALAMEDIA - Buntut dari peristiwa Gerakan 30 September PKI, situasi tanah air kian kacau. Aparat TNI dan mayoritas mayasrakat di Indonesia marah terhadap PKI.

Berbagai tekanan saat itu memaksa Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) kepada Letjen Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat.

Namun sejumlah pihak Super Semar tersebut merupakan rekayasa Soeharto untuk merebut kekuasaan. Padahal keberadaannya merupakan fakta sejarah.

Baca Juga: Wilayah Selatan Pulau Jawa Diguncang Dua Kali Gempa dalam 24 Jam

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, yang juga sejarawan Fadli Zon menyatakan Supersemar 1966  itu memang fakta sejarah.

"Ada yang meributkan dimana naskah aslinya. Salinannya banyak, dan isinya sama," ungkap Fadli Zon dalam akun twitternya @fadlizon, Kamis 1 Oktober 2020.

Ia mangakui pemerintah Indonesia di masa lalu kerap teledor dalam mengarsipkan sejumlah dokumen penting.

Baca Juga: Heboh Ledakan Dahsyat di Paris Hingga Buat Panik Warga, Ternyata Dentuman Sonik Jet Tempur Rafale

"Itulah kadang kita teledor dengan dokumen. Bahkan naskah tulisan tangan Proklamasi 1945 saja diselamatkan BM Diah dr tong sampah," ungkap dia.

Terkait naskah Supersemar, setidaknya ada tiga versi yang beredar di masyarakat.

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) saat ini menyimpan tiga Supersemar, namun, ketiganya memiliki versi masing-masing.

Pertama, Supersemar yang diterima dari Sekretariat Negara, dengan ciri: jumlah halaman dua lembar, berkop Burung Garuda, diketik rapi, dan di bawahnya tertera tanda tangan beserta nama "Sukarno".

Kedua, Supersemar yang diterima dari Pusat Penerangan TNI AD dengan ciri: jumlah halaman satu lembar, berkop Burung Garuda, ketikan tidak serapi versi pertama.

Penulisan ejaan sudah menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku pada saat itu.

Jika pada versi pertama di bawah tanda tangan tertulis nama "Sukarno", pada versi kedua tertulis nama "Soekarno".

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Tahap 1-4 Belum Diterima, Begini Pesan Menaker ke Pekerja

Ketiga, Supersemar yang diterima dari Yayasan Akademi Kebangsaan, dengan ciri: jumlah halaman satu lembar, sebagian surat robek sehingga tidak utuh lagi, kop surat tidak jelas, hanya berupa salinan.

Tanda tangan Soekarno pada versi ketiga ini juga berbeda dengan versi pertama dan kedua.

Meski begitu, seperti yang disebutkan Fadli Zon isinya tetap sama.

Mantan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud sempat mengungkapkan naskah asli Supersemar diserahkan oleh Basoeki Rachmat, M Jusuf, dan dirinya kepada Soeharto yang saat itu menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat.

Namun kemudian Soeharto menyerahkan surat itu pada Soedharmono untuk keperluan pembubaran PKI. Setelah itu surat tersebut “menghilang.”

Menurut Amirmachmud naskah asli Supersemar terdiri dari dua lembaran.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x