Pantauan CIA Selama 7 Hari Usai Peristiwa G30S PKI di Indonesia

- 1 Oktober 2020, 10:35 WIB
Ilustrasi CIA.
Ilustrasi CIA. /cia.gov



GALAMEDIA - Perkembangan di tanah air di era orde lama menjadi perhatian intelijen asing, khususnya dari Amerika Serikat (AS), CIA. CIA pun memantau kondisi tanar air dalam 7 hari pertama usai peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI.

Aksi CIA memantau PKI di Indonesia tahun 1965 sudah bukan sesuatu yang dirahasiakan lagi. Aksi intelijen CIA di Indonesia dilaporkan setiap hari ke Presiden AS saat itu Lyndon B Johnson dalam laporan bertajuk The President's Daily Brief.

Karena aturan UU Kebebasan Informasi, laporan CIA ini dibuka untuk publik setelah sekitar 50 tahun. Hal ini bisa dibaca di situs resmi CIA bagian perpustakaan digital.

Namun tentunya beberapa informasi sensitif dan vital sudah disensor sebelum dilepas ke publik.

Namun tentunya laporan tersebut dari sudut pandang subjektif CIA dan AS terhadap Indonesia, Sukarno, PKI dan tentara.

The President's Daily Brief.
The President's Daily Brief.


Tujuh hari setelah G30S/PKI kita hitung dari tanggal 2 Oktober 1965. Karena aksi penculikan jenderal berakhir di tanggal 1 Oktober 1965.

AD menyebutkan Gerakan 30 September, sementara Sukarno menyebutnya Gerakan 1 Oktober (Gestok).

Dari tanggal 2-8 Oktober 1965, tergambarkan kebingungan situasi di Indonesia. Intelijen CIA melaporkan AD mempersiapkan operasi penumpasan PKI.

Baca Juga: Tsunami Tak Terpengaruh Kekuatan, BNPB Ungkap Gempa Kecil Bisa Timbulkan Gelombang Belasan Meter

Sukarno digambarkan CIA mencoba memulihkan kekuasaannya dan para jenderal mulai tidak puas kepadanya. Pemakaman para jenderal memicu kemarahan umat muslim dan unjuk rasa anti PKI dimulai.

Berikut terjemahan dan tulis ulang laporan pantauan CIA tanggal 2-8 Oktober 1965, mengikuti format paragraf dalam laporan aslinya. Tanda 'lihat peta' artinya ada gambar peta dalam dokumen asli. 'Disensor' artinya bagian tulisan atau paragraf sudah dalam kondisi disensor ketika laporan ini dipublikasikan untuk umum:


2 OKTOBER 1965

Keberadaan Sukarno dan kondisinya masih tidak jelas. Kekuatan countercoup Jenderal Suharto melanjutkan tindakannya dan Jakarta cukup tenang.

Suharto dilaporkan punya kekuatan terbesar AD, AL, Marinir dan Polri di sisinya. AU di bawah Marsekal Dani tampaknya masih mendukung Kol Untung dan pelaku penculikan. Meski begitu, tidak ada aksi udara yang dilaporkan.

Satu laporan mengklaim Untung dan Dani terbang meninggalkan ibukota ke Jawa Tengah. Elemen dari AD dari kawasan itu sudah bergerak untuk Untung. Suharto, sepertinya mengirim tentara dari Jakarta untuk mengatasi masalah itu.

PKI sudah jelas ada di pihak penculik. Konjen AS di Medan melaporkan pejabat AD di sana menyiapkan operasi 'pembersihan'.

Komunis di luar negeri reaksinya masih ringan. Sejauh ini, cuma koran Moskow memberitakan kisah Indonesia dan artikelnya salinan dari media AS dan Prancis.

(LIHAT PETA)

4 OKTOBER 1965

Sukarno sedang merapikan kekuasaannya, tapi mungkin kehilangan beberapa sumber kekuatannya karena hasil dari percobaan kudeta 30 September.

Baca Juga: Buntut G30S PKI Soekarno Serahkan Supersemar ke Soeharto, Fadli Zon: Itu Fakta Sejarah

Tindakannya sejauh ini tampaknya dirancang untuk memutar waktu kembali dan mengembalikan keseimbangan antara kekuatan yang bertikai seperti pada Kamis lalu. Gerakan Sukarno membuat para jenderal tidak puas, tapi mereka tidak berani melawan langsung.

Jenderal Suharto yang berwenang menjaga ketertiban, hari ini kepada publik mengatakan berbeda sikap dengan Sukarno mengenai keterlibatan AU dalam upaya kudeta. Sebagai tambahan, pemimpin AS kini tampaknya yakin kalau Sukarno sendiri terlibat dalam plot melawan mereka.

Meski Sukarno menepis anggapan itu, ada cukup perasaan di lingkaran AD bahwa ini saatnya menggulung Komunis. Perasaan ini muncul setelah pembunuhan Jenderal Yani dan 5 petinggi senior lain.

Aksi unjuk rasa anti-Komunis akan dijadwalkan besok di Jakarta, tapi masih dilihat dulu apakah cara lebih keras akan ditempuh.

Jakarta tenang hari ini sebagai ibukota. Situasi berlanjut di Jawa Tengah di mana kekuatan pemberontak sekitar 110 orang di bawah Untung masih berkeliaran. Komunis bersenjata juga ada di kawasan ini.

Baca Juga: Wilayah Selatan Pulau Jawa Diguncang Dua Kali Gempa dalam 24 Jam

5 OKTOBER 1965

Suasana makin dekat dengan pertarungan antara AD dan Komunis, tapi kemampuan pimpinan AD untuk terus menekan isu ini masih meragukan berhadapan dengan Sukarno yang meminta mereka menahan diri.

PARAGRAF DISENSOR

Unjuk rasa massa di Jakarta mendapat dukungan pasif tentara, mereka meminta semua kelompok yang mendukung 'Gerakan 30 September' dibubarkan dan khususnya PKI dan kelompoknya.

Radio Jakarta mengumumkan hari ini 300 pendukung Komunis dikepung kelompok tentara dan kelompok agama.

(PARAGRAF DISENSOR)

PKI, untuk bagian ini, tampaknya tiarap. Beberapa Komunis merasa putus harapan kecuali Sukarno menggunakan sulap politiknya untuk menyelamatkan PKI.

Sukarno melanjutkan upayanya memulihkan kekuatan dan mengembalikan tatanan politik yang dulu.

Baca Juga: Heboh Ledakan Dahsyat di Paris Hingga Buat Panik Warga, Ternyata Dentuman Sonik Jet Tempur Rafale


6 OKTOBER 1965

Sukarno hari ini menunjukan diri sebentar kepada wartawan di Bogor, Istana 40 mil di selatan Jakarta. Dia menolak menjawab pertanyaan, dan menyuruh Wakil PM berhaluan kiri, Subandrio, menjelaskan rapat kabinet pagi ini.

Pernyataan Subandrio mencakup omongan Sukarno yang meminta bersatu dalam 'suasana tenang dan tertib' dan tidak melakukan 'balas dendam'.

Dari semua indikasi, tampaknya pimpinan AD masih ingin menghabisi Komunis dan menjadi waspada dengan Sukarno.

(PARAGRAF DISENSOR)

Menhan Jenderal Nasution, brain trust (kelompok pemikir-red) paling penting di AD yang lolos dari pembunuhan, muncul di muka umum kemarin dan mungkin memainkan peran lebih aktif untuk strategi politik AD. Nasution tidak menghadiri rapat kabinet hari ini.

Di Jakarta, selebaran beredar pagi ini meminta masyarakat menghancurkan Komunis dan kawasan di mana komandan AD membolehkan koran Komunis untuk terbit kembali. Menteri komunikasi telah melarang semua penerbitan koran yang 'memberi kesan' mendukung Gerakan 30 September.

Baca Juga: Pendemo Gatot Nurmantyo Kocar-kacir, Dandim Berpangkat Kolonel Berani Melawan Jenderal Purnawirawan

7 OKTOBER 1965

Sukarno membuat kemajuan untuk meredam Gerakan 30 September dan mencegah aksi anti-Komunis. Kedubes AS mengatakan AD akan beraksi melawan mereka yang terlibat langsung membunuh para jenderal dan mengizinkan Sukarno untuk kembali dengan kekuatannya.

Tapi, Kedubes AS juga melaporkan pemakaman para jenderal dan anak perempuan Nasution telah berhasil membangkitkan kemarahan elemen Muslim dan ini bisa mengarah kepada kekerasan baru antara mereka dan Komunis.

Di titik ini, Sukarno dan Wakil PM Subandrio akan mencoba menyalahkan CIA untuk skandal 30 September. Subandrio, sebagai tambahan menyebutkan kepada publik pernyataan PKI tidak terlibat di dalam plot tersebut. AD ingin menangkis pernyataan itu. Subandrio bisa jadi saluran PKI untuk mengungkapkan itu.

(PARAGRAF DISENSOR)

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Tahap 1-4 Belum Diterima, Begini Pesan Menaker ke Pekerja

8 OKTOBER 1965

Para jenderal tampaknya galau.

Di satu sisi, Sukarno dibantu Subandrio berupaya segala hal untuk merehabilitasi Komunis dan elemen AU yang menyebabkan insiden 30 September. Radio Jakarta yang dikuasai AD sudah menyiarkan imbauan untuk tenang dan tidak balas dendam seperti ucapan yang pernah diomongkan Sukarno.

Di sisi lain, unjuk rasa muslim anti-Komunis turun ke jalanan Jakarta hari ini dan menggeruduk kantor pusat PKI. Beberapa sentimen pro-AS juga terdengar, yang pertama dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun, aksi ini disetujui AD, para jenderal yang menjabat yang ingin melawan Komunis, tetap ada.

(PARAGRAF DISENSOR)

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x