UMKM Parajin Kerupuk Rumahan seperti Sutinah Merugi Ditengah Pandemi

- 2 Oktober 2020, 14:59 WIB
/RetnoHida/


GALAMEDIA - Ketika menyinggung perihal perdagangan yang melonjak dan merosot ditengah pandemi tentu saja banyak yang merasakan imbasnya. Roda kehidupan seperti dibuat berbeda dari biasanya, seperti yang terjadi dalam dunia usaha. Baik usaha yang bersifat UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) atau koperasi, semuanya turut merasakan dampaknya.

Seperti yang terjadi kepada produsen kerupuk rumahan. Sudah sekitar 20 tahun produsen kerupuk rumahan ini bertahan, beralamat di Jalan Kebon Kopi, Leuweung Gede, Kecamatan Cimahi Selatan, kerupuk olahan Sutinah (74), masih terus memproduksi. Namun penjualannya menurun akibat adanya covid-19 ini, karena konsumen jarang datang dan membeli tetapi sampai saat ini usahanya masih terus berjalan.

Usaha yang dibangunnya sejak tahun 1999 tersebut hanya dibantu oleh anak dan menantunya dan proses produksinya hanya dilakukan di rumah. Meskipun demikian sudah banyak yang mencari kerupuk buatannya ini, banyak yang sengaja datang kerumahnya hanya untuk membeli kerupuk buatannya. Dirinya mengatakan bahkan penjualannya ini sudah mencapai luar kota Bandung, seperti Cirebon, Depok, Surabaya, Jakarta, Lampung dan beberapa daerah lainnya.

Baca Juga: Dengan Modal Rp10 Juta, Dua Mahasiswa Ini Edarkan Ganja

“Walaupun produksi rumahan kecil tapi kerupuk buatan saya ini banyak dicari untuk dijadikan oleh-oleh bahkan sudah sampai luar pulau jawa juga. Malah pernah waktu dulu ada orang Amerika yang kesini karena tahu dari saudaranya, jadi kerupuk ini dibawa pulang kesana, katanya rasanya enak, gurih dan belum pernah menemukan dilain daerah,” katanya saat ditemui, Jum’at 2 oktober 2020.

Sutinah bersama anaknya memang belum pernah memasarkan atau mempromosikan barang dagangannya melalui media ataupun berjualan online. Tetapi usahanya ini berjalan dan dikenal dari mulut ke mulut, sehingga karena relasi yang cukup luas akhirnya kerupuk olahannya ini bisa mencapai luar pulau.

Dalam seminggu, dirinya biasa memproduksi 50 kg, namun karena pandemi sehingga mau tidak mau dirinya menurunkan produksinya menjadi 30 kg per minggu. Dia menuturkan jika usaha kerupuknya ini bermula ketika Sutinah dan adiknya mencoba membuat suatu resep kerupuk olahan turun temurun dari nenek moyang. Semula produksinya hanya mencapai 3 kg dalam seminggu. Namun karena semakin hari semakin banyak yang memesan akhirnya Sutinah menaikan jumlah produksinya hingga saat ini.

Baca Juga: Hari Batik Nasional Moment Perajin dan Pengusaha untuk Bangkit dari Keterpurukan

“Sebenernya awalnnya itu coba-coba saja sama adik saya, sembari mencari penghasilan dihari tua, kalau udah tua begini kan mau ngapain lagi jadi ya sudah coba usaha ini. Eh ternyata banyak yang doyan awalnya tetangga yang membeli terus dibawa ke kampung nya, malah banyak yang pesan jadinya. Sampai pernah kebanjiran pesanan tidak sanggup akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu banyak mengambil jumlah pelanggan,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x