La Nina Mengancam, BMKG Ingatkan Potensi Banjir dan Tanah Longsor Mulai Oktober Ini

- 4 Oktober 2020, 21:11 WIB
LA NINA Sedang Berkembang di Samudra Pasifik, Waspadai Dampaknya di Indonesia
LA NINA Sedang Berkembang di Samudra Pasifik, Waspadai Dampaknya di Indonesia /Pixabay/


GALAMEDIA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan fenomena La Nina akan terjadi di Indonesia.

Dikutip dari website resmi bnpb.go.id, La Nina merupakan peristiwa di mana terjadi penurunan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur, yang menyebabkan peningkatan kecepatan angin pasat timur yang bertiup di sepanjang samudera pasifik.

"Berdasarkan analisis dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik. Saat ini La Nina sudah teraktivasi di Pasifik Timur," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Supari dalam keterang persnya, dikutip Ahad 4 Oktober 2020.

Disebutkan, fenomena La Nina dapat memicu frekuensi dan curah hujan yang jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga bisa memunculkan potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

Baca Juga: Donal Trump Nyatakan Siap Menjalani 'Real Test' untuk Beberapa Hari ke Depan

Menyikapi fenomena ini, Supari menyampaikan perlunya kewaspadaan terhadap kondisi hujan di atas normal pada 20 hari pertama bulan Oktober 2020.

Supari mengatakan, fenomena La Nina akan menyebabkan bencana hidrometeorologi. Namun, dampak tersebut sangat bergantung pada musim dan bulan, wilayah serta intensitasnya.

"La Nina akan berdampak pada anomali cuaca yang berujung pada bencana hidrometeorologi," kata Supari.

Baca Juga: Heboh di Media Sosial, Donald Trump Lakukan Kebohongan Publik

Supari mengingatkan, La Nina dapat memicu frekuensi dan curah hujan yang jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga potensi banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

"La Nina membuat curah hujan akan naik. Bahkan sampai bulan April 2021. Potensi bencana yang ditimbilkan harus diwaspadai oleh masyarakat," ujar dia.

Menyikapi fenomena ini, Supari menyampaikan perlunya kewaspadaan terhadap kondisi hujan di atas normal pada 20 hari pertama bulan Oktober 2020.

BMKG memprediksi hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan iklim La-Nina sedang berkembang.

Baca Juga: GEBRAK Goncang Tanah Air Selama 3 Hari, KASBI: Kita Dalam Bahaya!

Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

"Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada Agustus, dan -0.9°C pada September 2020," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal kepada wartawan, kemarin.

Dia menambahkan, BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir 2020.

Baca Juga: Moeldoko Tuduh RS Perkaya Diri di Masa Covid-19, Dokter Ngamuk! Klaim Justru Tak Dibayar Pemerintah

Diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021.

"Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya," kata Herizal.

Anomali iklim La Nina saat ini terpantau berkembang di Samudra Pasifik Ekuator dan diperkirakan akan mencapai intensitas moderate hingga akhir 2020. Sehingga perlu diwaspadai dampaknya yang juga dirasakan wilayah Indonesia.

Baca Juga: Staf Kepresidenan Ungkap Donald Trump Kerap Bertanya Apakah Ia Akan Mati, Jatungnya Berdebar Hebat

"Dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera," papar Herizal.

Hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La Nina sedang berkembang.

Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka minus 0,5 derajat Celsius, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derajat Celsius pada Agustus dan minus 0,9 derajat Celsius pada September 2020.

Baca Juga: Ditunggangi KAMI, Takut Kena PHK dan Covid-19 Jadi Alasan Buruh Ogah Ikut Mogok Nasional

Diperkirakan pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua.

Pada Oktober beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan, di antaranya pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah.

Kemudian sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, juga sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x