GALAMEDIANEWS – Mendapat bimbingan langsung dari seniman Barli Sasmitawinata dan Hendra Gunawan semasa SMP, Popo Iskandar berhasil menjadi pelukis Bandung dengan karya mendunia.
Dengan ciri khas pada kekuatan ekspresi figuratifnya, Popo Iskandar menjadi salah satu pelukis modern di Indonesia yang telah melahirkan lebih dari 2000 karya seni rupa dalam bentuk sketsa, drawing, monoprint, cetak tinggi, patung dan lukisan yang dipublikasikan melalui banyak pameran selama kurun waktu 55 tahun (1943 – 1998).
Lahir di Garut Jawa Barat, pada 17 Desember 1927 Popo Iskandar bukan hanya seorang pelukis. Popo juga dikenal sebagai esais kebudayaan, pengamat seni, kritikus, pendidik seni rupa di IKIP Bandung (sekarang UPI Bandung), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Beliau juga termasuk salah satu penulis kritik seni rupa yang keberadaannya sangat diperhitungkan kala itu sehingga pada tahun 1970 dirinya mendapat tempat kehormatan sebagai anggota Akademi Jakarta oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin.
Saat itu, bahkan hingga hari ini tidak banyak seorang pelukis yang juga mahir dalam menuliskan pemikiran-pemikiran kritisnya dengan kaidah penulisan yang baik.
Baca Juga: Gedong Cai Tjibadak, Lumbung Air di Tengah Kota Bandung
Sejak tahun 1957 tulisan Popo Iskandar banyak diterbitkan oleh beberapa Media Massa seperti Sinar Harapan, Kompas, Pikiran Rakyat, hingga koran lokal berbahasa sunda.
Kritik mengenai Sastra Sunda yang Popo tuangkan membuatnya mendapatkan anugerah gelar sebagai Kritikus Sastra Sunda oleh Penyair dan Budayawan Ajip Rosidi.
Tak kurang dari 500 tulisan essay, 100 kritik jurnalistik dan pengantar katalog, 100 makalah, 50 karya tulis penelitian dan 25 laporan perjalanan yang dilahirkannya selama hampir 30 tahun di sela kegiatan melukisnya.