Perjalanan Ilmu Jarak Jauh

- 8 Oktober 2020, 10:21 WIB
Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran Jarak Jauh /dok

GALAMEDIA - Jauh, ibarat kata "jauh panggang dari api" Kata itulah yang bisa mewakili perasaan para orang tua mengingat kondisi pembelajaran sampai saat ini tidak kunjung menemukan titik terang. Dalam Islam, tujuan utama seorang anak menuntut ilmu agar anak kelak menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlakul karimah.

Sebagaimana disampaikan oleh KH Hafidz Abdurrahman "Menunjukkan begitu pentingnya adab, sebelum ilmu.  Karena tanpa adab, ilmu yang dikumpulkan hanyalah tumpukan pengetahuan, tidak mencerminkan keindahan dan kelezatan." Alih-alih ingin anaknya bisa dididik oleh gurunya, di lingkungan baru, belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman barunya. Ternyata fakta yang terjadi sampai saat ini pembelajaran sekolah masih dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pandemi Covid-19 telah merubah wajah dunia pendidikan secara cepat dan drastis. Hal ini tentunya memerlukan respon yang cepat dari pemerintah, pihak sekolah, maupun orang tua. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi kondisi ini dengan Pembelajaran jarak jauh (PJJ), hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, sehingga sekolah tidak menjadi kluster baru penyebaran virus.

Baca Juga: Samsung - Telkomsel, Tawarkan Solusi Dukung Semangat Tetap Sekolah

Hanya saja, perlu dicermati bahwa pembelajaran jarak jauh ini memerlukan teknologi informasi dan komunikasi yang memadai. Sedangkan faktanya, latar belakang sosial ekonomi masyarakat Indonesia sepertinya tidak siap, karena tidak setiap keluarga mempunyai perangkat maupun sumber daya yang memadai untuk mengikuti PJJ. Oleh karena itu, diperlukan adanya fleksibilitas dalam pelaksanaan PJJ.

Teknologi pada dasarnya hanyalah alat bantu, lebih penting dari itu adalah pembentukan karakter anak. Adab sebelum ilmu dalam menyerap ilmu sangatlah penting untuk jadi tujuan dari sebuah pendidikan. Begitu pentingnya belajar adab itu, sampai Sufyan at-Tsauri (w. 161 H) mengatakan, “Ketika seseorang ingin menulis hadits, maka dia terlebih dulu belajar adab, dan ibadah, dua puluh tahun, sebelumnya (menulis hadits).” [Abu Nu’aim, Hilyatu al-Auliya’, Juz VI/361] dan penting juga kepedulian dari guru yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa selama mengikuti PJJ. Agar PJJ dapat dilaksanakan secara lebih efektif.

Dari fakta tersebut sangatlah miris jika kita berharap pada sistem yang ada saat ini, sistem sekarang justru menyebabkan perjalanan ilmu semakin jauh tanpa identitas dan tujuan yang jelas, disamping kendala-kendala yang dihadapi orang tua terkait PJJ mulai dari keterbatasan gawai, kesulitan membeli paket internet, kualitas jaringan internet yang kurang baik, tidak mampu mendampingi anak dalam belajar, hingga kesulitan dalam memahami pelajaran serta memotivasi anak saat mendampingi belajar.

Baca Juga: Kementerian PUPR Lelang Dini 501 Paket Infrastruktur Senilai Rp 3,14 Triliun

Siswa juga menemui kendala dalam mengikuti PJJ antara lain kesulitan berkonsentrasi saat belajar dari rumah, beratnya penugasan soal dari guru karena minimnya pendampingan, serta peningkatan rasa jenuh dan stress. Untuk itu perlu adanya alternatif solusi dalam mengatasi problematika yang terjadi tidak hanya dalam dunia pendidikan tapi masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan pendidikan.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x