Uu Ruzhanul Imbau Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Potensi Bencana Hidrometeorologi

- 20 Oktober 2020, 20:25 WIB
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat menghadiri acara Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir dan Longsor di Kawasan Telaga Saat, Kabupaten Bogor, Selasa (20 Oktober 2020)
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat menghadiri acara Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir dan Longsor di Kawasan Telaga Saat, Kabupaten Bogor, Selasa (20 Oktober 2020) /(Foto: Humas Jabar)/

GALAMEDIA - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi saat musim hujan.

"Harapan kami masyarakat harus selalu waspada dengan adanya banjir dan longsor," kata Kang Uu saat menghadiri acara Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir dan Longsor di Kawasan Telaga Saat, Kabupaten Bogor, Selasa (20 Oktober 2020).

"Jabar rawan bencana. Saat ini sudah terjadi banjir bandang, banjir genangan, longsor, dan puting beliung, di sejumlah daerah," imbuhnya.

Acara yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut turut dihadiri Kepala BNPB Doni Monardo, Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Bupati Bogor Ade Yasin.

Kegiatan dimulai dengan peninjauan Titik Nol Kilometer Sungai Ciliwung. Peninjauan dilakukan untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi akibat tingginya curah hujan.

Peningkatan curah hujan diprediksi akan terjadi setelah BMKG Jepang, Amerika Serikat, dan Australia telah mendeteksi terjadinya La Nina di Samudera Pasifik. Setelah peninjauan, penanaman bibit vertiver, ecalyptus, dan penebaran 10 ribu benih ikan di Telaga Saat dilakukan.

Kang Uu menyatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar sudah mengambil langkah antisipasi. Ia pun mengajak masyarakat untuk merawat dan melestarikan lingkungan.

"Jangan membuat kerusakan di bumi ini. Hari ini kami melakukan kegiatan luar biasa untuk mengantisipasi sekaligus meningkatkan keimanan kita," ucapnya.

Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan saat musim hujan. Hal itu dilakukan untuk menekan potensi munculnya korban jiwa manakala bencana terjadi.

“Paling penting adalah mitigasi nonstruktural. Artinya, yang berupaya berfungsi kepada masalah kultural, masalah perilaku. Dan kalau kita sedang mempersiapkan diri dengan memperhatikan masalah perilaku, menjaga lingkungan, dan juga mengantisipasi dengan kesiapsiagaan ini, akan bisa mengurangi risiko. Utamanya risiko (munculnya) korban jiwa,” katanya.

Menurut Doni, kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, sampai masyarakat, sangat penting untuk mengantisipasi potensi bencana.

"Dalam beberapa tahun terakhir, BNPB melihat ada hal positif yang dilakukan banyak pimpinan daerah. (Salah satunya) dengan melibatkan banyak komponen. Ketika ada informasi curah hujan tinggi, masyarakat yang tinggal di sepanjang sungan mengikuti informasi dari hulu," ucapnya.

Jika semua komponen masyarakat terlibat, kata Doni, informasi dan proses evakuasi dapat berjalan optimal. Dengan begitu, risiko munculnya korban jiwa dapat terus ditekan, baik di daerah sungai maupun lereng.

"Laporan yang ada itu akan diikuti dengan evakuasi. Ketika prosedur ini dilakukan, ketika banjir bandang tiba, maka masyarakat akan selamat,” katanya.

“Demikian juga peringatan yang disampaikan oleh BPBD kepada daerah-daerah atau permukiman yang berada di lereng-lereng bukit atau lereng gunung," tambahnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x