GALAMEDIA - Pembangunan Flyover Nurtanio di Kota Bandung, yang ditujukan untuk mengatasi kemacetan di sekitar Jalan Garuda dekat Stasiun Andir, mengalami kendala serius hingga mengakibatkan penundaan penyelesaian proyek ini.
Rencana awal penyelesaian yang dijadwalkan pada April 2024 kini terancam molor, membuat warga sekitar dan pengguna jalan melontarkan kritik keras akibat dampak kemacetan dan kondisi jalan yang becek saat hujan, serta berdebu ketika cuaca panas.
Proyek jalan layang yang membentang di atas rel kereta api ini sangat diantisipasi karena diharapkan mampu menjadi solusi kemacetan di kawasan tersebut, terutama dengan adanya Perlintasan Sebidang Kereta Api.
Baca Juga: Menuju Bandung Raya Nyaman, Flyover Bukanlah Solusi Jangka Panjang Atasi Kemacetan!
Sayangnya, kendala pembebasan lahan dan berbagai masalah teknis lainnya mengakibatkan proyek ini mundur dari target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kendala dalam Pembangunan Flyover Nurtanio
BBPJN DKI Jakarta-Jawa Barat, Kementerian PUPR, mengungkapkan bahwa masalah utama yang menjadi penghambat utama dalam pengerjaan Flyover Nurtanio adalah pembebasan lahan. Meski proyek pembangunan tetap berjalan secara paralel, baik dari sisi konstruksi maupun proses pembebasan lahan, masih ada banyak tahapan yang belum selesai, terutama dalam penyelesaian dampak sosial terhadap masyarakat setempat.
Dalam update terbaru yang disampaikan BBPJN melalui Instagram pada 27 September 2024, progres pekerjaan saat ini berada pada tahapan pemasangan shoring, pengecoran girder, dan pabrikasi pembesian. Flyover yang direncanakan memiliki panjang 550 meter dengan lebar jembatan 11 meter ini juga mengalami proses pelebaran jalan frontage selebar 5 meter.
Meski begitu, beberapa hambatan yang berkaitan dengan pembebasan lahan di kawasan ex-Pemkot Bandung masih menjadi salah satu penyebab utama molornya pengerjaan proyek ini.
Kritik Warga Terhadap Penundaan Pembangunan
Molornya pembangunan Flyover Nurtanio menimbulkan beragam reaksi negatif dari warga yang harus berhadapan dengan kemacetan setiap hari. Mereka menyampaikan keluhan di kolom komentar unggahan media sosial BBPJN, mengkritisi lambannya progres proyek dan dampak buruk yang ditimbulkan pada lalu lintas dan kondisi jalan.