Lampaui Eropa, Dibuat 2000 Tahun Lalu Sistem Pemurnian Air Suku Maya Masih Digunakan Hingga Sekarang

- 27 Oktober 2020, 11:19 WIB
galamedianews.com
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIA - Suku Maya kuno di Mesoamerika mengembangkan salah satu sistem pemurnian air tertua di dunia berusia ribuan tahun yang ternyata masih berfungsi hingga saat ini.

Demikian temuan sejumlah ahli dari Amerika. Penelitian dilakukan pada waduk Corriental di kota Tikal, Guatemala utara yang dibuat tak kurang dari 2.000 tahun lalu.

Situs  yang pernah menjadi sumber utama air bagi suku Maya kuno itu berisi kuarsa kristal dengan pasir kasar dan zeolit yang berasal dari 18 mil timur laut kota.

Baca Juga: Panas-panasi China, Amerika Serikat dan Jepang Siagakan 46 Ribu Tentara di Laut China Timur

Kuarsa dan zeolit, senyawa yang mengandung silikon dan aluminium, sama-sama berfungsi menjadi ayakan molekuler  dan keduanya masih digunakan hingga kini dalam sistem filtrasi modern.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (27 Oktober 2020) disebutkan, filter kuno bekerja menghilangkan logam berat, mikroba berbahaya, senyawa kaya nitrogen dan racun lain dari cadangan air di peradaban Maya.

Saringan molekuler bekerja seperti saringan yang meskipun dalam skala  jauh lebih kecil mampu  menjebak elemen berbahaya dengan tetap memungkinkan  air tetap mengalir.

Baca Juga: Bangkitkan Usaha Para Pelaku UKM di Masa Pandemi Covid-19 Lewat Pasar Kreatif

“Yang menarik adalah sistem ini masih efektif sampai hari ini dan Suku Maya menemukannya lebih dari 2.000 tahun  lalu,” ujar penulis makalah dan antropolog Kenneth Barnett Tankersley dari Universitas Cincinnati, Ohio, AS.

Ini berarti sistem filtrasi Mesoamerika mendahului sistem lainnya di Eropa  dan merupakan yang pertama di fase yang kini dikenal dengan Dunia Baru.

Para peneliti menelusuri asal muasal kuarsa dan zeolit  yang terakhir hanya ditemukan di Tikal, tepatnya waduk Corriental hingga ke Bajo de Azúcar, sekitar 29 kilometer timur laut kota.

Baca Juga: Terungkap, Khabib Nurmagomedov Pilih Pensiun daripada Hadapi McGregor dengan Iming-iming 95 Triliun

Seperti kota Maya lainnya, Tikal dibangun di atas hamparan batu kapur berpori yang membuat akses air minum menjadi sulit sepanjang tahun. Terutama ketika wilayah tersebut menghadapi kekeringan.

Situs Bajo de Azúcar tempat senyawa kristal didatangkan ke Tikal ditemukan oleh penulis makalah dan ahli geografi Nicholas Dunning, juga dari Universitas Cincinnati.

“Senyawa di sana berasal dari tufa vulkanik butiran kuarsa dan zeolit yang terbuka,” kata Profesor Dunning.

Baca Juga: Dulu Keras Sebut Indonesia Penjajah, Kini Mantan PM Timor Leste Puja-Puji NKRI

Menurut Dunning para pekerja mengisi ulang tempat air mereka dengan air saringan yang selain bersih konon juga terasa manis. '

“Mungkin melalui pengamatan empiris yang sangat cerdas orang Maya kuno melihat materi khusus ini dikaitkan dengan air bersih dan berusaha membawanya kembali [ke Tikal].”

“Suku Maya kuno hidup di lingkungan tropis dan harus menjadi inovator. Ini adalah inovasi yang luar biasa,” ujar Profesor Tankersley.

Baca Juga: Ridwan Kamil Minta Pengelola Objek Wisata Jaga Komitmen dalam Terapkan Protokol Kesehatan

"Sebelumnya banyak yang memandang penduduk asli Amerika di belahan bumi barat tidak memiliki kekuatan teknik atau teknologi yang sama seperti di Yunani, Roma, India atau Cina," komentarnya.

“Tapi dalam hal pengelolaan air, Suku Maya membuktikan mereka ribuan tahun di depan," lanjutnya. Temuan lengkap penelitian sudah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x