GALAMEDIA - Penerbitan Karikatur "cabul" Presiden Recep Tayyip Erdogan pada majalah mingguan satir Prancis, Charlie Hebdo membuat pemerintah Turki bereaksi keras.
Juru Bicara Presiden Turki, Fahrettin Altun mengatakan gambar-gambar yang diterbitkan itu sangat tercela.
"Kami mengutuk upaya paling menjijikkan dari publikasi ini untuk menyebarkan rasisme budaya dan kebencian," tulisnya dalam rangkaian utas di Twitter, seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu 28 Oktober 2020.
Selain gambar yang tak pantas, Altun mengatakan bahwa majalah Charlie Hebdo sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Baca Juga: Urai Kemacetan, Tol Jakarta-Cikampek KM 47 - 61 Diterapkan Contraflow
Dia juga menuduh bahwa produk tersebut berasal dari lingkungan budaya xenofobia, Islamofobia, dan intoleran seperti yang diinginkan kepemimpinan Prancis ke negara mereka.
Dalam utas itu, Altun menggarisbawahi bahwa posisi Turki yang menentang setiap kekerasan dan tindakan terorisme terhadap warga sipil.
"Kami tidak akan tinggal diam dalam menghadapi serangan menjijikkan terhadap budaya dan agama kami, tidak peduli dari mana asalnya," kata dia.
Baca Juga: Soal Kasus Gus Nur, Polisi: NU yang Sekarang dengan yang Dulu Berbeda
Meski begitu, dia menyatakan bahwa Turki tidak akan melakukan hal yang serupa sebagai pembalasan. Altun kemudian menyerukan agar negara-negara Eropa untuk melawan tindakan rasisme yang dilakukan Prancis.
French President Macron’s anti-Muslim agenda is bearing fruit! Charlie Hebdo just published a series of so-called cartoons full of despicable images purportedly of our President. We condemn this most disgusting effort by this publication to spread its cultural racism and hatred.— Fahrettin Altun (@fahrettinaltun) October 27, 2020
Hal serupa juga disampaikan oleh Juru Bicara Kepresidenan Turki lainnya, Ibrahim Kalin. Ia mengatakan bahwa karikatur Erdogan yang dibuat Charlie Hebdo menyerang hak individu dan humor atau kebebasan berbicara.
"Tujuan dari publikasi ini, tanpa moralitas dan kesopanan, adalah untuk menabur benih kebencian dan permusuhan," tulisnya di Twitter.
Baca Juga: Orang yang Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW Bakal Mendapat Syafaat di Hari Kiamat, Benarkah?
Kalin pun mengajak setiap orang untuk mengutuk tindakan ini. Dia merasa bahwa karikatur ini mengubah kebebasan berekspresi menjadi permusuhan terhadap agama dan kepercayaan.
Ahlak ve edep yoksunu bu yayınların amacı, nefret ve husumet tohumları ekmektir. İfade özgürlüğünü din ve inanç düşmanlığına dönüştürmek ancak hastalıklı bir zihniyetin ürünü olabilir.
Sağduyu sahibi herkes bu iğrenç yayıncılığı kınamalı ve reddetmelidir.— Ibrahim Kalin (@ikalin1) October 27, 2020
Samoul karikatur Charlie Hebdo edisi Rabu yang dirilis daring pada Selasa 27 Oktober 2020, menunjukkan Erdogan memakai kaos dan celana pendek, memegang minuman kaleng, lalu tangan kirinya mengangkat baju wanita berhijab hingga bokongnya terlihat.
Menurut AFP, karikatur Erdogan itu mengatakan, "Ooh, nabi!", dalam balon kata.
Sementara judulnya mengatakan, "Erdogan: Saat waktu pribadi, dia sangat lucu'.
Baca Juga: Charlie Hebdo Kembali Berulah, Terbitkan Erdogan Genggam Bir dan Singkap Rok Wanita Berjilbab
Turki-Prancis belakangan tengah tegang dalam isu keagamaan. Hal ini muncul usai Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyerang Islam dan menyebut agama tersebut sedang dalam krisis.
Tidak hanya Turki, sejumlah negara dengan penduduk mayoritas Islam lain seperti Pakistan dan Iran juga turut mengomentari ucapan Macron.***