Teror Prancis Libatkan Imigran Tunisia, Kejaksaan Agung Lakukan Pengusutan

- 30 Oktober 2020, 06:48 WIB
Pasukan Keamanan Menjaga Gereja Notre Dame di di Nice, Prancis, 29 Oktober 2020 Setelah Penyerangan Pisau.
Pasukan Keamanan Menjaga Gereja Notre Dame di di Nice, Prancis, 29 Oktober 2020 Setelah Penyerangan Pisau. /Tangkap Layar Reuters.


GALAMEDIA - Tiga orang tewas dalam aksi penyerangan di sekitar gereja di Nice, Prancis. Satu diantaranya menjadi korban pemenggalan. Pelaku diduga imigran asal Tunisia.

Kejaksaan Agung Tunisia membuka opsi untuk melakukan penyelidikan terkait penyerangan tersebut.

Sejauh ini, AFP melaporkan pelaku diduga kuat imigran asal Tunisia bernama Brahim Aouissaoui (21) yang belum lama tiba di Eropa.

"Sebuah komitmen sudah dibuat untuk dilakukan penyelidikan menyusul ada dugaan warga negara Tunisia melakukan tindakan teror di luar negeri," kata Deputi Jaksa Agung, Mohsen Dali mengutip AFP, Kamis 29 Oktober 2020.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tunisia menyampaikan bela sungkawa terhadap Prancis. Pemerintah Tunisia mengutuk keras tindakan teror yang baru saja terjadi.

"Tunisia mengutuk keras insiden teroris di Nice dan mengungkapkan solidaritas dengan pemerintah dan rakyat Prancis," mengutip pernyataan Kemenlu Tunisia.

Baca Juga: Gelar Ritual Perpisahan di Arab Saudi, Habib Rizieq Segera Pulang ke Tanah Air

Pemerintah Tunisia menyatakan penolakannya terhadap segala bentuk terorisme dan ekstremisme.

Sebelumnya, AFP melaporkan pelaku penyerangan Prancis di sekitar Gereja Notredame Basilica, Nice, Prancis diduga kuat imigran asal Tunisia.

Dia adalah Brahim Aouissaoui. Pemuda berusia 21 tahun yang belum lama tiba di Eropa.

AFP melaporkan pelaku tiba di Eropa pertama kali di Pulau Lampedusa, Italia. Dia sempat dikarantina oleh otoritas setempat. Karantina dilakukan sesuai dengan protokol pencegahan virus corona.

Baca Juga: AC Milan Terlalu Digjaya di Liga Eropa, Taklukkan Sparta Praha 3-0

Usai dikarantina, pelaku diperintahkan untuk keluar dari wilayah Italia. Dia lalu tiba di Prancis pada awal Oktober hingga kemudian penyerangan terjadi.

Pemerintah Prancis langsung meningkatkan keamanan usai penyerangan. Sebanyak 7 ribu personel tentara dikerahkan untuk menjaga gereja di Prancis.

Presiden Emmanuel Macron juga telah angkat suara. Dia menyebut penyerangan itu sebagai bentuk kegilaan teroris Islam.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x