GALAMEDIA - Menyusul serangan teror yang menyasar gereja di Nice, Prancis hingga menewaskan tiga orang dengan dua di antaranya dipenggal pelaku, Kamis kemarin negeri jiran Malaysia ikut trending topic di berbagai timeline sejumlah negara.
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Jumat (20 Oktober 2020) trendingnya nama negeri jiran dipicu serangkaian cuitan mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang di antaranya menyebut umat muslim berhak membunuh jutaan orang Prancis.
Cuitan politikus veteran berusia 95 tahun itu diposting tak lama setelah seorang teroris berdarah Tunisia membunuh tiga orang dalam serangan teror mematikan di Nice.
Baca Juga: 1 November Membuat Menhub Budi Karya Sumadi Ketar-Ketir
Cuitan Mahathir yang kehilangan kekuasaan pada Februari tahun ini juga berisi pendangannya terkait kultur Barat.
Ia mengatakan kebebasan berekspresi tidak termasuk 'menghina pihak lain' seperti publikasi kartun satir Nabi Muhammad yang memicu kemarahan umat Islam.
Mahathir mengatakan dirinya tidak membenarkan aksi pemenggalan kepala seorang guru sekolah Prancis yang memperlihatkan karikatur Nabi pada siswanya.
Namun ia menegaskan terlepas dari agama apa pun yang dianutnya, orang yang marah sangat mungkin membunuh.
Baca Juga: Waswas AS Terus Jaring Sekutu, Xi Jinping Kian Mesra dengan Kim Jong-un
Lebih jauh Mahathir memaparkan, “Prancis dalam perjalanan sejarah mereka [telah] membunuh jutaan orang. Banyak dari mereka adalah muslim.”
Ia melanjutkan, "Muslim berhak marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian mereka di masa lalu.. tetapi umumnya umat Muslim tidak menerapkan prinsip mata dibalas mata.”
Dan sebaliknya menurutnya Prancis pun demikian dan membuat rakyatnya menghargai perasaan orang lain.
Baca Juga: Bolehkah Kita Menggunakan Cincin? Ini Dia Hadist Rasulullah
Meski cuitan Mahathir soal “pembunuhan atas jutaan orang Prancis itu merupakan bagian dari rangkaian cuitan, tetapi banyak yang menjadikannya highlight hingga memicu kemarahan baru.
Sebelumnya Mahathir yang dua kali menjabat PM Malaysia selama total kekuasaan 24 tahun juga mengatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron 'sangat primitif' dan 'tidak menunjukkan dirinya sebagai sosok yang beradab'.
Komentar hingga kutukan atas cuitan Mahathir yang kini dihapus karena dianggap melanggar aturan platform media sosial Twitter itu datang dari artis, jurnalis hingga pemimpin negara.
Di antaranya PM Australia Scott Morrison yang menyebut cuitan Mahathir 'tidak masuk akal dan menjijikkan'. Kecaman juga datang dari Menteri Digital Prancis, Cedric O.
Baca Juga: Waswas AS Terus Jaring Sekutu, Xi Jinping Kian Mesra dengan Kim Jong-un
Cedric menuntut Twitter membuat Mahathir tutup akun. Kepada direktur pelaksana raksasa media sosial milik Jcak Dorcey itu, Cedric menyebut setidaknya akun Mahathir layak mendapat suspend keras.
Mahathir tidak menyebut secara langsung serangan Nice dalam cuitannya, tapi komentarnya muncul di tengah kemarahan di kalangan umat muslim terhadap Presiden Emmanuel Macron yang membela publikasi karikatur Nabi Muhammad.***