GALAMEDIA - Ada perbedaan yang ditunjukkan calon Bupati Bandung nomor urut 1, Kurnia Agustina saat debat publik yang diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Bandung di Kopo Square, Sabtu 31 Oktober 2020. Pasalnya, gaya tampilan berbusana perempuan yang akrab disapa Teh Nia itu, berbeda dari biasanya.
Busana, pernak-pernik, asesoris yang dikenakan Teh Nia belakangan diketahui buatan lokal asli alias produk buatan pelaku UMKM Kabupaten Bandung.
Mulai dari kerudung, Teh Nia mengenakan kerudung produk asli Cicalengka yang berwarna hijau polos untuk menutupi rambut sebagai aurat seorang perempuan. Sementara baju yang dikenakannya dan memiliki emblem NU Pasti Sabilulungan merupakan baju buatan asli Ibu Kota Kabupaten Bandung, yakni Soreang.
Baca Juga: Ini Penyebab Pemadaman Listrik Secara Tiba-tiba di Jakarta Menurut Menteri BUMN Erick Thohir
Sementara sepasang kaki tertutup dengan celana buatan Katapang. Tak hanya itu, alas kaki atau sepatu yang dikenakan Teh Nia merupakan produk asli Cimaung. Busana yang dikenakan seluruhnya dari Kabupaten Bandung.
Kemudian jam tangan yang dikenakan di tangan kirinya merupakan buatan warga Cimenyan. Jam tersebut berbahan baku dari kayu. Teh Nia juga menenteng tumbler atau tempat minuman unik buatan asli Kabupaten Bandung. Tumbler tersebut terbuat dari bambu dan diproduksi oleh pelaku UMKM asal Pacet.
"Ini bentuk saya mendukung produk asli dari Kabupaten Bandung. Produk-produk yang saya kenakan ini tak kalah dengan produk dari luar. Bukan saya saja, Kang Usmandan tim juga sama. Sama-sama pakai produk-produk lokal," ujar Teh Nia.
Baca Juga: Netizen +1 Meradang, Yakin Bakal Kalah Pemilu Madame Tussauds Jejalkan Patung Trump dalam Bak Sampah
Menurut Teh Nia, dirinya memang sejak awal selalu mengkampanyekan kepada masyarakat Kabupaten Bandung agar terus membeli produk asli Kabupaten Bandung. Sedari awal bahkan sebelum maju menjadi calon bupati, Teh Nia selalu menggaungkan gerakan lokal berbelanja produk-produk lokal.
"Hastag Nyaah Ka Indung Mulang Ka Bandung terus kami gaungkan. Ini momentum untuk memajukan produk-produkl lokal asli Kabupaten Bandung. Apalagi di masa pandemi seperti ini, gerakan lokal ini bisa menjadi support para pelaku UMKM yang bisnisnya sedang terpuruk. Wujud nyaah (sayang) secara nyata dari kami ya seperti ini," jelasnya.***