Mantan Para Bajingan Ikut Berperan dalam Pertempuran 10 November 1945 Melawan Penjajah

- 9 November 2020, 15:54 WIB
Hari Pahlawan.
Hari Pahlawan. /Design vector created by freepik - www.freepik.com<

 

GALAMEDIA- Pertempuran pada 10 November 1945 atau yang dikenal sebutan Hari Pahlawan, selama ini seolah-olah hanya melibatkan pemuda dari Surabaya dan sekitarnya atau Arek Suroboyo.

Padahal peristiwa bersejarah ini melibatkan pejuang dari daerah lain di Jawa Timur.

Pejuang-pejuang yang ikut berbaur bersama Arek Suroboyo dalam peperangan tidak seimbang antara warga Indonesia dengan tentara Sekutu bersama Belanda itu di antaranya dari Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep), Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Jember dan Banyuwangi.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Tegaskan BLT BPJS Gaji di Bawah Rp5 Juta Berlanjut Tahun Depan

Tidak itu saja, para pejuang bukan hanya masyarakat biasa. Para bajingan yang telah disadarkan secara spiritual juga ikut berjuang melawan penjajah dan merupakan jihad atau jalan suci yang memiliki nilai mulia di hadapan Allah.

Para bajingan yang kemudian insyaf akan tanggung jawabnya pada bangsa, negara dan agama itu digerakkan oleh seorang tokoh ulama terkemuka kala itu, yaitu Kiai Haji Raden (KHR) As'ad Syamsul Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Samsul A Hasan, penulis buku-buku sejarah tentang tokoh NU seperti dilansirkan Aantara menceritakan bagaimana Kiai As'ad terlibat dalam pertemuan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Surabaya pada 22 Oktober 1945.

Baca Juga: Ini Alasan Jokowi Selalu Bagikan Sertifikat Tanah Saat Kunjungan ke Daerah

Pertemuan itu dihadiri Rais Akbar NU Hadratus Syech KH Hasyim Asy'ari yang kemudian menghasilkan "Resolusi Jihad".

Halaman:

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x