GALAMEDIA - Dokter Ugur Sahin dan Oezlem Tuereci yang sama-sama mencintai penelitian medis menjadi osok di balik vaksin Covid-19 yang dapat mengubah dunia.
Pasangan suami istri ini ikut menjadi berita menyusul rilis raksasa farmasi Amerika dan Jerman, Pfizer dan BioNTech yang menyebut berhasil membuat vaksin anti-corona dengan efektivitas 90 persen.
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (10 November 2020) Sahin dan Miss Tuereci ikut mendirikan BioNTech. Lalu, siapa dan seperti apa sosok keduanya?
Baca Juga: Habib Rizieq Tiba di Tanah Air, Pernikahan Najwa Shihab Telah Terdaftar di KUA
Sahin yang berasal dari keluarga sederhana dikenal sebagai pekerja keras. Berhasil membangun perusahaan bernilai dua miliar dolar atau Rp 28 triliun, ia tetap low profile.
Hingga kini ia lebih memilih mengendarai sepeda gunung. Dokter berusia 55 tahun ini menjadi kepala eksekutif perusahaan bioteknologi Jerman.
Bersama istrinya Oezlem Tuereci (53) yang juga anggota dewan BioNTech keduanya dijuluki dream team Covid dunia.
Baca Juga: Cegah PMS dengan Hal Berikut Supaya Mood Tetap Stabil saat Datang Bulan
Perjuangan global untuk menemukan vaksin Covid-19 akhirnya mencapai akhir saat Pfizer dan BioNTech mengklaim telah menemukan vaksin yang 90 persen efektif.
Lahir di Turki, Sahin dibesarkan di Jerman, tempat orangtuanya bekerja di Ford.
Sahin yang menjadi profesor dan peneliti dengan fokus imunoterapi bekerja di rumah sakit pendidikan Cologne dan Homburg di mana dia bertemu ahli imunologi Tuereci di awal karier akademisnya.
Tuereci, putri seorang dokter Turki yang bermigrasi ke Jerman dalam wawancara mengatakan bahkan pada hari pernikahan mereka, keduanya tetap menyisihkan waktu untuk bekerja di lab.
Baca Juga: Tolong, Maaf dan Terima kasih, Kata-kata Sederhana Ini yang Bermakna Bijaksana
Ketertarikan pada riset medis dan onkologi menjadi kesamaan terbesar mereka. Bersama-sama keduanya meneliti sistem kekebalan dalam perang melawan kanker dan mencoba mengatasi susunan genetik unik dari setiap tumor.
Memasuki dunia entrepreneurs tahun 2001 mereka mendirikan Ganymed Pharmaceuticals untuk mengembangkan antibodi pelawan kanker.
Tapi Sahin yang saat itu menjadi profesor di Universitas Mainz tidak pernah meninggalkan penelitian dan karier akademis.
Ganynmed kemudian dilepas pada Astellas Jepang tahun 2016 seharga $1,4 miliar atau Rp 19 triliun.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Resmi Anugerahkan Pahlawan Nasional pada Enam Tokoh Nasional
Sahin dan Tuereci berikutnya ikut mendirikan BioNTech pada tahun 2008 dengan tujuan mengejar rangkaian alat imunoterapi kanker yang lebih luas.
Bill & Melinda Gates Foundation juga ikut berinvestasi $ 55 atau Rp 772 miliar untuk program HIV dan tuberkulosis.
Rekan kerja Sahin menggambarkannya sebagai sosok yang tenang dan terukur. Ia tak pernah mengikuti harga saham perusahaan dan lebih tertarik membaca jurnal ilmiah.
Baca Juga: Ridwan Kamil: AMS Harus Lebih Bermanfaat Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara
Surat kabar Welt am Sonntag menyebut bersama istrinya, pasangan ini masuk di antara 100 orang terkaya Jerman.
Matthias Kromayer, anggota dewan perusahaan modal ventura MIG AG, yang dananya ikut mendukung BioNTech mengatakan, "Sahin tetap sangat rendah hati dan biasa menghadiri pertemuan bisnis dengan sepeda.”
Matthias Theobald, sesama profesor onkologi di Universitas Mainz yang bekerja dengan Sahin selama 20 tahun mengungkap hal serupa.
“Dia sangat sederhana. Meski demikian dia bekerja dengan menciptakan struktur yang memungkinkannya mewujudkan visi besarnya.”***