Pejabat AS Kian Khawatir, Trump Nyaris Picu Perang Nuklir Dua Bulan Sebelum Tinggalkan Gedung Putih

- 17 November 2020, 10:40 WIB
Donald Trump.
Donald Trump. /Instagram/@realdonaldtrump

GALAMEDIA - Presiden AS Donald Trump nyaris memicu perang dua bulan sebelum meninggalkan Gedung Putih.

Diungkap New York Times, kamis lalu Trump mempertimbangkan untuk meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir utama Iran.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (17 November 2020) niat Trump tersebut urung dieksekusi menyusul “bujukan”  sejumlah penasihat senior yang memintanya mengeliminasi tindakan dramatis tersebut.

Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Datangi Polda Metro Jaya untuk Penuhi Panggilan Klarifikasi

Trump melontarkan opsi serangan tadi pada asisten keamanan nasional, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Penjabat Menteri Pertahanan Christopher C. Miller dan Ketua Kepala Gabungan Mark Milley.

Mereka bertemu di Oval Office Kamis lalu. Demikian laporan New York Times mengutip empat pejabat AS.

Pertemuan berlangsung sehari setelah pengawas  internasional memberitahu PBB  bahwa Iran secara signifikan telah meningkatkan persediaan bahan nuklirnya.

Baca Juga: Menjabat Kapolda Jabar, Irjen Pol. Ahmad Dofiri Pernah Digadang-gadang Jadi Kapolri

Para penasihat Trump mencegahnya untuk melancarkan serangan dengan memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat memicu konflik yang lebih luas dengan Iran.

Mereka mengatakan setiap serangan, baik dengan rudal ataupun serangan dunia maya diinginkan Trump untuk menyasar  situs nuklir utama Iran, Natanz.

Mengonfirmasi laporan Times tentang pertemuan tersebut, Pertemuan itu berlangsung sehari setelah inspektur internasional memberi tahu anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Iran telah secara signifikan meningkatkan persediaan bahan nuklirnya.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Minta Umat Islam Hindari Cara Berpikir Sempit yang Bisa Lahirkan Sifat Intoleran

Para penasihat Trump akhirnya mencegahnya untuk melancarkan serangan dengan memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat memicu konflik yang lebih luas dengan Iran, kata sumber-sumber Times.

Mereka mengatakan setiap serangan, baik dengan rudal atau dunia maya, kemungkinan akan menargetkan situs nuklir utama Iran, Natanz.

Mengonfirmasi akun Times tentang pertemuan tersebut, sumber terpisah kepada Reuters mengatakan, “Trump meminta opsi itu. Mereka memberinya skenario dan dia akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkannya.”

Baca Juga: Tiga Hari Jelang Rilis Album BTS, Serunya Bintang Big Hit Nyanyikan Dynamite

Pengawas PBB, Badan Energi Atom Internasional dalam dokumen rahasia Rabu lalu melaporkan  persediaan uranium Iran saat ini 12 kali lebih besar dari batas yang ditetapkan perjanjian nuklir di mana AS di bawah Trump memutuskan menarik diri pada 2018.

Dikatakan  pada 2 November Iran memiliki persediaan 2.442,9 kilogram uranium, naik dari 2.105,4 kilogram yang dilaporkan pada 25 Agustus.

Baca Juga: Siap Debut Hari Ini! Cek Girl Group Terbaru SM Entertainment, Aespa!

Kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015 antara AS, Jerman, Prancis, Inggris, China, dan Rusia yang dikenal dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) membatasi  Iran uuntuk hanya menyimpan persediaan 202,8 kilogram.

IAEA melaporkan Iran juga terus memperkaya uranium dengan kemurnian mencapai  4,5 persen, lebih tinggi dari 3,67 persen yang diizinkan berdasarkan kesepakatan.

Natanz yang juga disebut Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Percontohan, terletak sekitar 200 mil di selatan Teheran.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x