Panglima TNI Sebut Media Sosial Kini Jadi Media propaganda dan Media Perang Urat Syaraf

- 22 November 2020, 15:46 WIB
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP /Istimewa/twitter @Puspen_TNI

GALAMEDIA - Kemajuan teknologi berbasis internet dan media sosial, kini makin tidak terbendung. Perkembangannya ini juga tentu saja membuat seluruh negara harus menciptakan aturan di dunia maya.

Hal ini diakui Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Menurutnya, kemajuan teknologi khususnya perangkat berbasis internet dan sosial media perlu diciptakan aturan kehidupan di dunia maya.

Sebab dampak pengguna media sosial dan segala aktivitas dunia maya dapat secara instan mempengaruhi keutuhan sebuah negara.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Covid-19 saat Pilkada, Pemkab Gencar Edukasi Protokol Kesehatan

“Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, media perang urat syaraf,” jelas Hadi Tjahjanto dalam sebuah webinar, Sabtu 21 November 2020.

Alasannya, lanjutnya seperti dilansirkan PMJNews, dengan pengunaan dan jangkauan yang luas, media sosial menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi atau pun perang psikologi.

"Sekarang kita mengenal hastag, trending topic. Dahulu kita menyebutnya sebagai tema propaganda,” sambungnya.

Baca Juga: Rekaman Obrolan BTS pun Sapu Tangga Lagu, Berkat ARMY Semua Track Album BE Rajai Chart Internasional

Menurut Hadi, belakangan propaganda lewat sosial media pun masif terjadi di Tanah Air sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Salah satunya, penyebaran berita bohong atau hoaks yang mendiskreditkan pemerintah, dengan sasaran utama masyarakat awam dan generasi muda agar terbakar emosinya.

Tidak itu saja, provokasi dengan mengeksploitasi isu SARA seperti penistaan tokoh masyarakat, tokoh agama, perlakuan etnis tertentu, atau pun kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.

Baca Juga: Terapkan Sistem Tatap Muka, Sekolah Harus Bentuk Satgas Covid-19

“Juga menyebarkan isu-isu sosial dan isu separatisme berbahasa Inggris untuk mencari simpati dan dukungan politik dari dunia internasional, seperti yang dilakukan Benny Wenda dan Veronica Koman,” ungkapnya.

Dijelaskan Hadi, kelompok separatis memanfaatkan sosial media untuk mempengaruhi opini dunia lewat propaganda. Mereka juga memanfaatkan panggung diplomasi internasional sebagai mandala alternatif demi mendapat dukungan.

Hasilnya, stabilitas nasional akan terganggu dan akhirnya upaya pembangunan tidak akan berjalan lancar. Pemerintah dan rakyat hanya akan disibukkan dengan konflik-konflik sosial yang ada dan kehidupan sosial kemasyarakatan menjadi tidak kondusif.

Baca Juga: Masyarakat Jangan Sampai Lupakan Prokes, Pandemi Covid-19 Masih Berlangsung

“TNI bersama kementerian/lembaga terkait, dan masyarakat khususnya generasi muda, harus bahu membahu memberdayakan potensi dunia maya dan potensi digital yang dimiliki untuk membendung dan menghadapi ancaman separatisme di dunia maya,” tukasnya.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x