Musuh Seolah Dimasak Hidup-hidup, Terungkap China Halau Tentara India dengan Gelombang Microwave

- 22 November 2020, 16:23 WIB
Prajurit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
Prajurit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). /ANTARA/Reuters/

GALAMEDIA - Belum lama ini prajurit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan India terlibat baku pukul hingga adu tembak di perbatasan Himalaya.

Dianggap “selesai”, seorang profesor Negeri Tirai Bambu mengklaim pihak Beijing menggunakan senjata 'microwave' untuk menghalau  tentara India mundur.

Senjata berupa gelombang  elektromagnetik mikro ini  membuat mereka yang tersapu sakit parah.

Sederhananya, seperti microwave memanaskan makanan, senjata elektromagnetik ini “memasak” jaringan tubuh manusia.

Baca Juga: Kedodoran pun Tetap Keren, Gaya Kasual Jin BTS yang Bikin ARMY Terobsesi

Disebut microwave karena dengan gelombang berbahaya ini China seolah menjadikan puncak gunung Himalaya bak menjadi oven microwave bagi musuh. Reaksi fisik dari mereka yang terkena gelombang di antaranya muntah-muntah.

Demikian paparan pakar studi internasional Profesor Jin Canrong dari Renmin University Beijing seperti dikutip Galamedia dari DailyMail, beberapa waktu lalu.

Gelombang mikro yang dihasilkan senjata elektronik ini memanaskan molekul air dengan cara yang mirip dengan microwave pemanas makanan.

Dalam hal ini gelombang elektronik yang dipancarkan tentara China menyasar air di bawah kulit musuh hingga memicu rasa nyeri dari jarak hampir 1 km.

Baca Juga: Rekaman Obrolan BTS pun Sapu Tangga Lagu, Berkat ARMY Semua Track Album BE Rajai Chart Internasional

Jin memuji taktik Tiongkok yang mengambil langkah “membersihkan” pasukan India tanpa melanggar larangan tembakan di sepanjang perbatasan yang disengketakan.

Jin menambahkan aksi ini menjadi penggunaan senjata microwave pertama yang diketahui di medan perang.

Menurut The Times, senjata rahasia microwave ini dikerahkan pada akhir Agustus, beberapa minggu setelah perkelahian mematikan yang menewaskan sedikitnya 20 tentara India.

Kekerasan ini nyaris membuat hubungan India – China, dua kekuatan nuklir Asia memanas. Bahkan dikhawatirkan melebihi ketegangan konflik 53 tahun lalu di antara keduanya di salah satu medan perang tertinggi di dunia.

Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Keluarkan Ultimatum kepada Dewan Ibadah Muslim Prancis
 
Di hadapan mahasiswa Jin mengungkapkan dalam waktu 15 menit setelah senjata diaktivasi, mereka yang berada di puncak bukit mulai muntah-muntah. “Mereka bahkan tidak bisa berdiri sehingga akhirnya melarikan diri.

“Begitulah cara kita merebut kembali tanah Himalaya,” jelasnya.

Pasukan China memutuskan untuk menggunakan gelombang elektronik karena medan Himayala dianggap terlalu tinggi untuk melawan tim spesialis pendaki gunung Tibet, tambah Jin.

Baca Juga: Kotaku Ubah Lahan Eks Terminal Jadi Pusat Oleh-oleh

Sesuai perjanjian, penggunaan senjata api di perbatasan dilarang. Namun  tembakan peringatan terpantau pada September lalu dalam baku tembak yang berujung saling tuding antara India dan China.

Sementara itu, meski AS juga telah mengembangkan senjata gelombang mikro, China diduga menjadi yang pertama di dunia yang menggunakannya guna menghalau pasukan musuh.

Senjata yang sama dibuat salah satunya  untuk mengendalikan massa dengan cara kerja memanaskan di bawah kulit hingga mencapai suhu yang menyakitkan hingga memaksa siapa pun menjauh.

Baca Juga: Fadli Zon Sebut Banyak yang Kepanasan Karena Baliho Habib Rizieq, Meski Isinya Bagus

Sensasi dari sapuan gelombang ini disebut jurnal medis setara dengan menyentuh bola lampu yang panas. Paparan radiasi yang berlebihan juga dapat menyebabkan sakit kepala, mual, dan muntah.

Senjata yang sama, Poli WB-1 milik Tiongkok pertama kali dipamerkan pada pertunjukan udara tahun 2014 dan diperkirakan dipasok untuk angkatan laut Tiongkok.

Secara umum, senjata berupa gelombang elektronik ini dikenal dengan 'microwave' karena memiliki efek yang mirip cara kerja oven, meski secara teknis radiasinya berbentuk gelombang milimeter bukan gelombang mikro.

Baca Juga: Terapkan Sistem Tatap Muka, Sekolah Harus Bentuk Satgas Covid-19

Sebelumnya ada kecurigaan senjata serupa digunakan terhadap personel diplomatik AS yang secara misterius jatuh sakit di China dan Kuba dalam serangkaian insiden tahun 2016.

Dan jika Tiongkok memiliki Poli WB-1, Amerika juga memiliki perangkat  setara bernama Active Denial System yang diluncurkan tahun 2007 dan dikerahkan ke Afghanistan. Tapi tampaknya perangkat ini tidak pernah digunakan untuk melawan musuh.

Sementara itu menanggapi klaim Jin, pihak India melalui akun Twitter Angkatan Darat India membantahnya dengan cuitan singkat. "Berita itu PALSU."***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x