Ini Psikologi Emoji Tertawa dengan Air Mata Sering Digunakan

- 17 Juli 2020, 09:31 WIB
Ilustrasi. (Emotion.ID)
Ilustrasi. (Emotion.ID) /



GALAMEDIA - Emoji wajah tertawa dengan air mata sukacita menjadi emoji yang paling sering digunakan dengan angka 9,9 persen. Hal ini berdasarkan data Unicode Consortium.

Capaian emoji tersebut, melampaui emoji hati berwarna merah (6,6 persen) dan emoji wajah tersenyum dengan mata berbentuk hati (4,2 persen).

Untuk menyeleksi emoji baru, organisasi nirlaba yang berbasis di Silicon Valley, yang memiliki perwakilan dari raksasa teknologi, universitas dan lembaga pemerintah, itu melakukan riset.

Baca Juga: Virus Corona Jenis Baru Jadi Penyebab Kematian langsung Pasien Covid-19

"Memahami seberapa sering emoji digunakan membantu memprioritaskan kategori mana yang menjadi fokus," kata Mark Davis, presiden dan salah satu pendiri Unicode Consortium, dikutip dari situs resmi unicode, Jumat, 17 Juli 2020.

Sementara itu, dikutip dari laman Quartz, emoji paling populer wajah dengan air mata sukacita, yang mengalahkan 2.822 emoji lainnya, terpilih menjadi "word of the year" Kamus Oxford pada 2015, pertama kalinya dalam sejarah bahwa "kata" yang dipilih adalah sebuah pictograph.

Diperkenalkan pada 2010, emoji wajah dengan air mata sukacita biasanya digunakan untuk menekankan kelucuan, respons untuk komentar lucu atau bahkan melembutkan ucapan sarkastik.

Baca Juga: FBI Turun Tangan Selidiki Peretasan Akun Twitter Tokoh Amerika Serikat

Misalnya, untuk menggambarkan pertemuan yang tidak ada manfaatnya, pesan dikirim "wow, benar-benar pertemuan yang produktif," dengan menambahkan emoji tersebut di akhir kalimat.

Sifat berlebihan yang dimiliki emoji wajah dengan air mata sukacita adalah inti dari daya tarik emoji tersebut, menurut Monica Riordan, psikolog kognitif yang memiliki spesialisasi dalam komunikasi yang dimediasi komputer.

"Pada dasarnya Anda mencoba untuk menyandikan serangkaian isyarat emosional dan sosial yang sangat kompleks ke dalam grafik kecil dan kemudian berharap bahwa orang lain dengan tepat menafsirkan apa yang Anda coba sampaikan," ujar Riordan seperti dilansirkan Antara.

Baca Juga: Ini Pesan Terakhir Omas Sebelum Meninggal Dunia

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa 55 persen komunikasi manusia adalah melalui bahasa tubuh -- gerak tubuh, postur, ekspresi wajah -- dan 38 persen disampaikan oleh nada dan infleksi pembicara.

"Isyarat ini menghilang dalam pesan teks, jadi kita mengimbanginya dengan melebih-lebihkan respons kita," ujar Riordan.

"Kita cenderung menggunakan emoji ekstrem untuk meningkatkan respons. Orang-orang biasanya tidak menangis ketika tertawa," dia melanjutkan.

Baca Juga: Inter Geser Atalanta di Peringkat Dua Usai Hajar SPAL Empat Gol Tanpa Balas

Lebih lanjut, Riordan mengatakan bahwa kecenderungan karakter hiperbolik juga bisa melebih-lebihkan kebenaran.

"Karena mereka (penerima pesan) tidak dapat melihat wajah kita atau mendengar nada suara kita, kita sebenarnya dapat menggunakan emoji untuk mengekspresikan emosi yang tidak kita rasakan," kata dia.

Dia menambahkan, intinya, pesan digital membatasi kemampuan kita untuk menyampaikan nuansa atau kehalusan.

Baca Juga: Hujan Intensitas Sedang Diprediksi Mengguyur Wilayah Bandung, Kecepatan Angin 30 Km/jam

Halaman:

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x