Ini Dia Empat Pintu Masuk Kemaksiatan Dalam Diri

- 29 Agustus 2020, 12:46 WIB
Ilustrasi. (reqnews.com)
Ilustrasi. (reqnews.com) /

Hati adalah papan yang kosong dan bisikan adlah ukiran diatasnya. Bagaiman akal bisa menerima papan itu diukir dengan kebihingan dan tipuan, angan – angan kosong dan khayalan semata? Kalu menginginkan lukisan yang berisikan ilmuyang bermanfaat,dan itu ditempatkan menggantkan posisi yang semula tidak dimanfaatkan.

Jika hati tidak bisa dikosongkan dari bisikan hati dari bisikan hati yang buruk, maka kata hati yang baik atau bermanfaat tidak akan bisa menetap disana, tidak akan tinggal kecuali di tempat yang kosong. Maka dari itu hendaknya kita berusaha menghilangkan bisikan hati yang buruk agar hati terisi hal-hal yang baik.

Baca Juga: Ini Waktu Utama untuk Bersedekah

Pintu Ketiga: kata – kata atau ajakan
Yahya bin Muadz berkata “ Hati itu seperti panci untuk memasak, mendidih apa yang didalamnya. Dan lisan adalah percikan/uapnya. Lihatlah ketika seseorang berbicara, lisanya akan memercikkan apa yang ada dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin dan sebagainya. Anda akan mersakan makanan yang ada di dalam panci, sehingga anda tahu yang sebenarnya.”

Gerakan anggota tubuh yang paling mudah adalah gerakan mulut, dan dia adalah yang paling membahayakan bagi seseorang. Mulut mempunyai dua ekses buruk yaitu ekses pembicaraan dan ekses diam, lepas dari disa bicara, belum tentu lepas dari diam, begitu pula sebaliknya. Salu dan lainnya, masing-masing dosanya bisa lebih besar. Orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu. Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, durhaka kepada Allah.

Seseorang yang datang di hari kiamat dengan membawa keburukan semisal gunung, kemudian mendapati lisannya telah menghancurkan dengan banyak zikir kepda Allah dan berdialog dengan-Nya.

Baca Juga: Kuasa Hukum Berharap Zulfikar 'Jamal Preman Pensiun' Bisa Direhabilitasi Jalan

Pintu Keempat: “Langkah kaki
Memelihara langkah kaki yaitu dengan cara tidak melangkahkannya kecuali ke tempat yang diharapkan mendapatan pahala. Jika dalam langkah itu tidak mendapat tambahan pahala, amak duduk lebih baik baginya. Sangat mungkin langkah kaki diarahkan kepada hal-hal yag dibolehkan, akan tetapi manakala diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka langkah-langkahnya akan dicatat sebagai mendekatkan diri kepada Allah. ** (Dea/job)

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah