Ini Dia Empat Pintu Masuk Kemaksiatan Dalam Diri

- 29 Agustus 2020, 12:46 WIB
Ilustrasi. (reqnews.com)
Ilustrasi. (reqnews.com) /

GALAMEDIA- Setiap mukmin diperintahkan untuk menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan maksiat. Menurut Abu al-Qa’qa Alu Abdillah, maksit dapat mengurangi semangat dalam belajar agama. Dosa dan kemaksiatan adalah sumber musibah yang terjadi di dunia kepada diri sendiri maupun untuk banyak orang atau umat.

Islam.nu.id dalam sebuah artikel yang berjudul “Dampak Negatif dan tips menghindarinya” menyebutkan manusia tidak ada yang dapat melepaskan diri ari kemaksiatan. Dan maksiat tidak selalu berhubungan dengan perbuatan asusila. Maksiat sendiri berasal dari kata yang memiliki makna menentang, mendurhakai,melanggar, dan membangkang. Artinya jika kita durhaka kepada Allah dengan melanggar larangan-larangan yang telah ditetapkan-Nya, maka otomatis kita telah bermaksiat kepada Allah Swt.

Baca Juga: Ridwan Kamil Raih Penghargaan Top Pembina BUMD 2020

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya The Truth of Illness and Healing (menyembuhkan sakit mencerdaskan hati) , menjelaskan ada empat pintu masuk kemaksiatan yang membuat banyak orang terjebak didalamnya.

Pintu Pertama: Pandangan
Pandangan adalah umpan syahwat dan panahnya. Memelihara pandangan merupakan dasar memelihara kemaluan/nafsu seksual. Siapa yang melepaskan pandangannya, berarti mengantarkan dirinya kepada tempat kehancuran.

Raulullah Saw bersabda : “jangan diikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama adalah hak/ rezeki bagi kamu, dan yang kedua tidak untuk kamu.”

Baca Juga: Sebelum Divaksin, Kenali Dulu Manfaat dan Efek Sampingnya

Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Rasulullah Saw bersabda: “Pandangan adalah panah yang dilepas dari iblis. Barang siapa yang bisa menahan pandangan matanya dari melihat kecantikan wanita karena Allah, maka Allah akan wariskan manisnya hati sampai hari pertemuan dengan-Nya.”

Beliau juga bersabda: “Tahan pandangan / tutup matamu dan pelihara kemaluanmu. Hindari olehmu duduk-duduk dijalan!” sahabat bertanya : “Ya Rasul, kami terpaksa duduk di situ, tidak ada tempat yang lain.” Rasul menjawab: “ Jika memang kamu harus begitu, maka berikan hak orang yang lewat.” Sahabat bertanya lagi: “Apa hak ornag yang lewat.” Menutup mata, mencegah dari yang menyakitkan dan menjawab salam.”

Baca Juga: Wisuda Bersama Keluarga, Telkom University Wisuda 2.335 Mahasiswanya

Pintu kedua: Bisikan hati
Barang siapa yang mampu mengendalikan bisikan hati, maka dia berarti mampu mengendalikan kendali dirinya dan memaksa nafsu. Bisikan hati akan terus mondar – mandir di dalam hati sampai akhirnya memunculkan keinginan yang batil. Kemuliaan jiwa, kesucian dan ketinggian jiwa diperoleh ketika seseorang mampu menghilangkan bisikan hati yang tidak pernah mengahasilkan kenyataan.

Hati adalah papan yang kosong dan bisikan adlah ukiran diatasnya. Bagaiman akal bisa menerima papan itu diukir dengan kebihingan dan tipuan, angan – angan kosong dan khayalan semata? Kalu menginginkan lukisan yang berisikan ilmuyang bermanfaat,dan itu ditempatkan menggantkan posisi yang semula tidak dimanfaatkan.

Jika hati tidak bisa dikosongkan dari bisikan hati dari bisikan hati yang buruk, maka kata hati yang baik atau bermanfaat tidak akan bisa menetap disana, tidak akan tinggal kecuali di tempat yang kosong. Maka dari itu hendaknya kita berusaha menghilangkan bisikan hati yang buruk agar hati terisi hal-hal yang baik.

Baca Juga: Ini Waktu Utama untuk Bersedekah

Pintu Ketiga: kata – kata atau ajakan
Yahya bin Muadz berkata “ Hati itu seperti panci untuk memasak, mendidih apa yang didalamnya. Dan lisan adalah percikan/uapnya. Lihatlah ketika seseorang berbicara, lisanya akan memercikkan apa yang ada dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin dan sebagainya. Anda akan mersakan makanan yang ada di dalam panci, sehingga anda tahu yang sebenarnya.”

Gerakan anggota tubuh yang paling mudah adalah gerakan mulut, dan dia adalah yang paling membahayakan bagi seseorang. Mulut mempunyai dua ekses buruk yaitu ekses pembicaraan dan ekses diam, lepas dari disa bicara, belum tentu lepas dari diam, begitu pula sebaliknya. Salu dan lainnya, masing-masing dosanya bisa lebih besar. Orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu. Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, durhaka kepada Allah.

Seseorang yang datang di hari kiamat dengan membawa keburukan semisal gunung, kemudian mendapati lisannya telah menghancurkan dengan banyak zikir kepda Allah dan berdialog dengan-Nya.

Baca Juga: Kuasa Hukum Berharap Zulfikar 'Jamal Preman Pensiun' Bisa Direhabilitasi Jalan

Pintu Keempat: “Langkah kaki
Memelihara langkah kaki yaitu dengan cara tidak melangkahkannya kecuali ke tempat yang diharapkan mendapatan pahala. Jika dalam langkah itu tidak mendapat tambahan pahala, amak duduk lebih baik baginya. Sangat mungkin langkah kaki diarahkan kepada hal-hal yag dibolehkan, akan tetapi manakala diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka langkah-langkahnya akan dicatat sebagai mendekatkan diri kepada Allah. ** (Dea/job)

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah