GALAMEDIA - Namanya mirip dengan salah satu ulama ternama Tanah Air. Ia adalah Abdullah Agimnastiar (17), namun teman-temannya biasa menyapanya Agim.
Ia adalah remaja asli Desa Obel-Obel, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sejak usia 10 tahun Agim sudah menjadi piatu.
Ibunya meninggal karena sakit yang tak mampu diobati karena keterbatasan biaya. Sejak saat itu Agim bersama tiga adiknya hidup bersama ayahnya, Udin.
Udin bekerja sebagai nelayan. Ia berangkat menjala ikan mulai sore hingga besok paginya. Kemudian ia pun menjualnya ke pengepul.
Baca Juga: BIN 'Serbu' Karawang dan Depok, Sasar Ribuan Warga untuk Divaksin Covid-19
Menjadi seorang nelayan penghasilannya tak menentu. Apalagi dengan empat anak yang masih kecil.
Agim mengerti betul bahwa kesulitan hidup keluarganya tak mesti ditunggunng ayahnya seorang diri.
Kepergian ibunya juga tak mesti menjadi sesuatu yang harus ditangisi setiap waktu, karena kehdiupan terus berjalan dan tetap harus dijalani.
Maka agim pun tumbuh menjadi anak yang mandiri. Ia tak akan membiarkan ayahnya menanggung beban keluarga sendiri.