Saat Peneliti NASA Berbicara Soal Kiamat: Matahari Terus Mengembang Hingga Menelan Bumi

14 September 2021, 08:10 WIB
Ilmuwan prediksi matahari kelak terus mengembang hingga menelan Bumi. /NASA

GALAMEDIA - Asisten Direktur Komunikasi Sains NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa) Michelle Thaller saat berbicara kepada situs web Big Think ditanya soal kiamat dan apakah asteroid akan memusnahkan peradaban manusia di Bumi.

"Jadi, jika para ilmuwan membeli semua anggur paling enak di dunia, memaksimalkan kartu kreditnya hingga limit dan kemudian menghilang entah ke mana, Anda harus waspada," ujar Michelle Thaller.

"Ketika 'tanda-tanda' kiamat itu sudah Anda saksikan, maka patut diwaspadai. Itu artinya kiamat akan terjadi," celotehnya.

Pernyataan Michelle Thaller tersebut memang tidaklah serius. Soalnya NASA sudah menyakini bahwa kiamat alias Armageddon tidak akan menyapa Bumi dalam waktu dekat.

Ilmuwan perempuan ini mengatakan, para ilmuwan tidak mungkin menutup-nutupi jika hal terburuk akan terjadi pada Bumi.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 14 September 2021: Sekretaris Lama Pak Hartawan Malah Kabur Saat Ditemui oleh Aldebaran

"Jika kami mengetahui sesuatu yang berbahaya akan datang, tak mungkin kami menyembunyikannya," lanjutnya.

Dilaporkan Express, Kamis, 7 Januari 2021, ilmuwan memperkirakan lima miliar tahun lagi Matahari akan kehabisan energi dan secara drastis mengubah Tata Surya.

Mereka juga percaya ketika Matahari mulai tumbuh secara dramatis maka lapisan luarnya akan mengembang sampai menelan planet, termasuk Bumi. Para astronom menamakannya sebagai Fase Raksasa Merah, bahasa lain dari kiamat.

Namun, Penyelidik Utama Misi New Horizon NASA, Alan Stern, menyebut kendati hal itu bisa membunuh semua kehidupan yang ada di Bumi tetapi juga dapat menciptakan dunia yang dapat dihuni di planet paling dingin di kosmos.

"Di akhir kehidupan Matahari atau memasuki Fase Raksasa Merah (kiamat), Sabuk Kuiper (objek Trans Neptunus) akan menjadi seperti Pantai Miami," kata dia.

Stern meyakini bahwa setiap manusia yang tersisa dari hantaman raksaa merah dapat berlindung di Pluto dan planet kerdil lainnya di Sabuk Kuiper.

Sabuk Kuiper merupakan wilayah yang melewati Planet Neptunus yang dipenuhi dengan batuan es. Saat ini planet kerdil seperti Pluto menyimpan batuan es yang melimpah dan bahan organik yang kompleks, serta beberapa di antaranya diperkirakan memiliki lautan luas di bawah permukaan.

Baca Juga: Matahari Terbit dari Barat Jadi Salah Satu dari 10 Tanda Kiamat, Lalu Apa Sebelum dan Setelahnya Kejadian Itu

Stern menjelaskan suhu permukaan pada benda-benda luar angkasa ini ratusan derajat Celcius di bawah titik beku.

"Ketika Matahari menjadi raksasa merah maka suhu di permukaan Pluto menjadi hampir sama dengan suhu rata-rata di permukaan Bumi seperti sekarang," jelasnya.

Penelitian yang diterbitkan oleh Jurnal Astrobiology pada 2003 itu menjelaskan bagaimana Stern melihat kesempatan adanya kehidupan di Tata Surya bagian luar setelah Matahari memasuki tahap akhir.

Tiga tahun kemudian, atau tepatnya pada 2006, Stern bertanggung jawab atas wahana antariksa antarplanet NASA yang dikirim ke Pluto sebagai bagian dari Misi New Frontiers untuk memajukan pemahaman manusia tentang misteri Tata Surya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler