Usai Diarak untuk Mandi Kembang di Pancuran, 10 Anak di Kecamatan Cihampelas Ikuti Khitanan Massal

- 9 Agustus 2020, 16:26 WIB
Kegiatan Khitanan Massal dan Berbagi Rizki,  di Padepokan Pamenca,  Kampung Babakan Peer,  Desa Tanjungwangi,  Kecamatan Cihampelas (KBB),  Ahad 9 Agustus 2020.
Kegiatan Khitanan Massal dan Berbagi Rizki, di Padepokan Pamenca, Kampung Babakan Peer, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cihampelas (KBB), Ahad 9 Agustus 2020. /


GALAMEDIA - Menjalankan kewajiban agama yang berkaitan dengan keuangan di tengah suasana pandemi,  seperti khitanan,  boleh jadi akan tertunda bagi sebagian kecil warga yang kurang mampu,  kerena wabah ini telah berdampak cukup signifikan pada keuangan keluarga.

Melihat kondisi ini Paguyuban Nayaga Penca (Pamenca) Kabupaten Bandung Barat (KBB) tergerak untuk berbagi kepada kelompok masyarakat kurang mampu dengan menyelenggarakan khitanan massal.

"Kami ingin kehadiran seniman Pamenca bermanfaat bagi orang lain.  Tidak hanya gegembrungan,  ngrndang, jeung narompet,  tetapi dapat berarti bagi mereka yang membutuhkan." 

"Meskipun tidak seberapa,  semoga ini membawa kebaikan," ujar Dede Yanto,  sang pemrakasra, di sela-sela kegiatan Khitanan Massal dan Berbagi Rizki,  di Padepokan Pamenca,  Kampung Babakan Peer,  Desa Tanjungwangi,  Kecamatan Cihampelas, KBB,  Ahad 9 Agustus 2020.

Baca Juga: Ikuti Serangkaian Tes Covid-19, Cita Citata Ngaku Ada Infeksi

Kegiatan ini,  kata Dede, merupakan agenda tahunan dari Pamenca yang diprakrasainya sejak beberapa tahun lalu.  Menurutnya, setiap orang berkewajiban membantu sesamanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dengan penuh keikhlasan.

"Bersedekah dan berbuat baik itu bukan hanya kewajiban kaum agnia dan para pengusaha sukses,  seniman pun mempunyai kewajiban yang sama."

"Allah tidak melihat profesi seseorang,  tapi melihat apa yang dikerjakannya.  Kami pun ingin berbuat yang bermanfaat di samping memberikan hiburan lewat tampilan seni," ujarnya.

Baca Juga: Ditanya Kesediaan Jadi Capres 2024 pada Kongres Luar Biasa , Prabowo Subianto Nyatakan Penolakan

Kendati kegiatannya berskala kecil,  lanjutnya,  para pendukung kegiatan sosial ini berkala Jawa Barat. Para donatur yang bersedekah berasal dari berbagai daerah, bahkan dari Banten.

"Kami tidak menggandeng sponsor tunggal atau sponsor khusus.  Kegiatan ini kami selenggarakan atas dasar keikhlasan dari sejumlah orang, terutama dari anggota Pamenca.  Itulah sebabnya yang bersedekah pun bukan hanya dari KBB," jelasnya.

Semula bakti sosial ini,  tambah Dede,  akan dilaksanakan pada Maret 2020, akan tetapi karena suasana pandemi yang melanda,  kegiatan baru dapat dilaksanakan.

"Oleh karena itu,  jumlahnya kami batasi 10 orang anak saja.  Itu pun tetap menjalankan protokol kesehatan.  Di samping itu memang kemampuan kami pun terbatas. Tetapi setidaknya kami dapat berbagi," kata Dede.

Baca Juga: Pasien Positif Covid-19 di Indonesia Hari Ini Ada 125.396 Orang, Jokowi Takut Masuk Lubang Kedua

Minim dukungan

Kendati acara berlangsung sukses dan meriah dengan pergelaran kendang penca dan ibing penca dari sejumlah grup Pamenca,  tapi Dede mengaku kurang mendapat dukungan dari pemerintahan. Pihak Kepolisian Sektor Cihampelas bahkan tidak memberikan izin tertulis.

"Hanya secara lisan. Padahal dari kecamatan,  koramil,  dan desa sangat mendukung. Kami agak prihatin.  Meskipun demikian empat desa,  yakni Singajaya, Karangtanjung, Selacau, dan Mekarmukti mendukung acara ini."

"Panganten sunat dan orang jompo yang mendapat santunan berasal dari keempat desa ini," ucapnya.

Baca Juga: Facebook Luncurkan Fitur Baru Saingan TikTok Lewat Instagram, Kekeyaan Mark Zuckerberg Melonjak

Dede juga menyadari situasi pandemi memang menbuat ruang gerak agak terbatas.  Dede berharap, tahun berikutnya kegiatan ini akan terselenggara lebih banyak anak yang dikhitan dan kaum duafa yang disantuni.

"Saya tidak meminta apa pun dari aparat,  saya hanya ingin dukungan morel berupa kebijakan agar kami lebih leluasa melangkah," harapnya.

Mandi di pancuran

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diawali dengan acara "mandi kembang di pancuran"  pada Sabtu 8 Agustus 2020.

Semua peserta khitan diarak sambil digendong orangtuanya menuju pancuran (jamban pemandian di kolam), mengambil wudu,  lalu dimandikan dengan air pancuran,  bunga, dan wewangian.

"Makna filosofisnya agar anak bersih dan wangi,  bukan hanya sekadar fisik,  melainkan bersih dan wangi secara ruhaniah. Hidup selamat itu karena hati yang bersih dan lurus sehingga menebarkan semerbak kebaikan," kata Dede,  alumni ISBI Bandung yang berprofesi sebagai guru dan dikenal dengan kepiawaiannya memainkan terompet.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x