Mengenal Lebih Dekat Permainan Tradisional Sunda, Kolecer

- 5 Maret 2024, 16:00 WIB
Kolecer permainan tradisional Sunda, JawaBarat.
Kolecer permainan tradisional Sunda, JawaBarat. /warisanbudaya.kemdikbud.go.id/

GALAMEDIANEWS – Jawa Barat tidak hanya dikenal dengan alam yang indah dan aneka makanan yang beraneka ragam saja. Ternyata di tatar parahyangan ini memiliki aneka permainan tradisional yang masih dilestarikan sampai saat ini. Salah satu permainannya adalah kolecer. Permainan ini masih terlihat masih dimainkan di beberapa wilayah Jawa Barat.

Kolecer adalah sebuah jenis permainan yang populer di wilayah Jawa Barat karena merupakan mainan yang ditemukan di berbagai wilayah tatar pasundan ini. Mainan ini dimainkan bukan hanya oleh anak-anak saja tapi juga oleh remaja sampai orang dewasa juga memainkannya. Salah satu contoh permainan kolecer masih dimainkan adalah di Kabupaten Subang. Ditemukan kolecer yang panjangnya mencapai 6-8 meter dan dimainkan pada musim angin, hampir semua orang memasang kolecer bahkan banyak tempat yang dinamakan pasir kolecer yaitu bukit tempat kolecer itu dimainkan. Di wilayah ini pula beberapa kolecer merupakan warisan turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Nenek Moyang di Situs Sangiran, Warisan Budaya Dunia yang Menakjubkan

Penduduk yang kerja di luar wilayahnya akan pulang terlebih dahulu pada saat musim angin untuk memasang kolecer. Terdapat unsur rekreasi yang didapat dari kolecer ini. Suara yang dihasilkan dari gerak kolecer tersebut, dalam istilah sunda disebut dengan "nyeguk" tekanan angin yang kuat memutarkan kolecer tersebut sampai melengkung ke belakang dan ketika angin melemah gerakan kolecer kembali tersentak ke depan dan berbunyi "wuuk" suara yang dihasilkan itu yang menjadi kebanggaan pemiliknya. Semakin keras suara yang dihasilkan semakin bagus kualitas dari kolecer tersebut. Kesukaan masyarakat terhadap kolecer juga menyebabkan permainan ini mempunyai tahapan untuk mencapai sebuah kolecer yang sempurna dimulai dari masa anak-anak dengan berbagai tahapan pembelajaran membuat dan memainkan kolecer tersebut. Seperti sederhana tapi semuanya memiliki tradisinya di setiap daerah.

Alat utama permainan tradisional ini adalah baling-baling, terbuat dari kayu dengan dililit daun pisang kering. Baling-baling itu kemudian dipasang dengan batang bambu ukuran kecil dan ukuran yang besar. Panjang baling-baling kolecer beragam, dari 0,5 meter sampai sekitar empat meter, bahkan ada yang lebih panjang lagi. Bahan dasar yang digunakan adalah beberapa jenis kayu mulai dari pohon kitanah, randu, dan tisuk.

Baca Juga: SAH! Menteri Luar Negeri Terima Sertifikat Asli Penetapan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Proses bermainnya ada tahap-tahapannya, seorang anak akan melalui tahapan pembelajaran yaitu dari mulai kolecer palang dua, berupa daun kelapa yang dilepas lidinya, daun yang berbentuk memanjang dijadikan kolecer dengan cara memotong menjadi pendek dengan panjang 10-12 cm. Pada tengahnya ditimbang dengan cara memakai jari telunjuk mencari titik keseimbanganya, dan letak jari telunjuk pada saat terjadi keseimbangan itu yang akan menjadi tengah dari kolecer tersebut. Di tengahnya dipasang pelepah singkong yang dilubangi, dengan cara membersihkan bagian dalamnya, lalu dipasangkan tepat pada titik tengahnya. Lidi dari sisa kolecer tersebut dipakai sebagai gagang putaran. Dan dipakai pembatas dari pelepah singkong lagi. Pada tahapan selanjutnya yaitu malincang kolecer yaitu memelintirkan daun kolecer tersebut yang bagian kanan diputar ke kanan bawah dan yang bagian kiri diputar ke kiri atas. Bentukan tersebut yang menahan angin dan menjadi kolecer itu berputar. Untuk kolecer palang empat, ada 3 macam bentuk kolecer yang pertama mirip dengan palang dua tetapi pada bagian kanan dan kiri antara bolong tengah daun tersebut disobek sejajar, dan dimasukan satu palang lagi.

Proses selanjutnya sama malicang dan memakai gagang. Bentuk lainnya pada kolecer palang dua yaitu dengan menganyam bagian tengah dari kolecer dan pada tengah kolecer menjadi ada bentuk kotak. Bilah lebih panjang dan dilipat menjadi dua, dari dua tersebut menjadi palang kolecer tersebut sehingga menjadi palang empat. Pada pertengahan lipatan empat tersebut membentuk lubang sehingga tinggal memasukan lidi untuk gagang. Bentuk lainnya hampir mirip dengan bentuk pertama, hanya gagangnya memakai lidi utuh yang pada ujungnya disisakan potongan daunnya sebagai penahan kolecer.

Baca Juga: Minta Diusulkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO, Bupati Bandung: Seni Badawang Harus Dilestarikan

Mahalnya harga sebuah baling-baling bergantung pada kualitasnya saat dipasang untuk menantang angin, panjangnya juga mempengaruhi harga. Jenis kolecer yang bagus adalah yang indah saat berputar dan mengeluarkan suara keras. Suara itu dihasilkan saat baling-baling berputar kencang karena melawan kencangnya angin.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x